JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini jumlah tabungan masyarakat yang tercatat sebagai DPK masih tumbuh meskipun terjadi perlambatan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tidak serta-merta merujuk pada fenomena masyarakat yang mulai "makan tabungan".
Sedikit informasi, DPK perbankan berasal dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.
"Lagi-lagi ya, tingkat pertumbuhannya masih terjadi. Artinya ya jumlah yang ada di tabungan ya meningkat. Jadi ya saya tidak mau terlalu jauh menginterpretasi lebih daripada itu," kata dia saat ditemui dalam acara Seminar Nasional Outlook Pereonomian Indonesia 2024, Jumat (22/12/2023).
Baca juga: Ada Fenomena Makan Tabungan, BI Sebut Daya Beli Masyarakat Membaik
Ia menambahkan, fenomena masyarakat yang "makan tabungan" seolah mengindikasikan terdapat penurunan terhadap jumlah tabungan yang ada di perbankan.
Padahal, Mahendra meyakini tidak terjadi penurunan DPK perbankan.
"Kalau yang ditanyakan tadi kan seakan-akan ada penurunan dari tingkat tabungan atau dana pihak ketiga dari perbankan. Faktanya tidak," imbuh dia.
Baca juga: Masyarakat Makan Tabungan, Daya Beli Dinilai Melemah
Lebih lanjut, Mahendra menjelaskan, tahun lalu merupakan masa saat masyarakat mulai bisa terlepas dari pandemi Covid-19. Untuk itu, sektor jasa keuangan baru terlepas dari pandemi.
Oleh karena itu, pertumbuhan kinerjanya cenderung tinggi. Namun hal ini tidak dapat diharapkan terus menerus, karena itu kan tahun pertama pasca pandemi.
Untuk itu, DPK saat ini seharusnya dibandingkan dengan jumlahnya pada kondisi sebelum pandemi.
"Dibandingkan dengan pra pandemi, maka apa yang terjadi di tahun ini itu justru kondisi yang normal," imbuh dia.
Adapun, pertumbuhan DPK tahun ini sampai Desember lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu.
"Bukan melemah, kalau melemah itu negatif. Jadi tumbuh tapi lebih rendah dari tahun lali," urai dia.
Baca juga: Daya Beli Tergerus, Masyarakat Kelas Bawah Masih Makan Tabungan
Berdasarkan data OJK, pertumbuhan DPK pada bulan Oktober hanya tumbuh sekitar 3,43 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut turun dibandingkan pertumbuhan pada September 2023 yang mencapai 6,54 persen secara tahunan.
DPK industri perbankan sampai Oktober 2023 mencapai Rp 8.198,80 triliun. Deposito menjadi kontributor terbesar yakni sebesar 5,66 persen secara tahunan.
Lebih lanjut, Mahendra bilang likuiditas terbilang tinggi, baik dengan perbankan atau perusahaan pebiayaan dengan geraing risikonya itu sanagat besar ruang pertunbuhannya," tandas dia.
Baca juga: Nasabah Tajir Rajin Menabung, Nasabah Menengah Bawah Makan Tabungan
Sebagai informasi, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan, terjadi penurunan rata-rata jumlah tabungan masyarakat dengan golongan di bawah Rp 100 juta. Rata-rata tabungan masyarkat di rentang ini hanya berkisar Rp 1,9 juta.
Jumlah tersebut turun drastis dibandingkan jumlah rata-rata tabungan pada 2018. Waktu itu, rata-rata tabungan masyarakat pada rentang yang sama ada di level Rp 3 juta.
Eko menuturkan, penurunan tersebut bukan semata-mata terjadi lantaran masyarakat lebih banyak menabung sewaktu pandemi Covid-19. Namun, hal tersebut menggambarkan daya beli masyarakat melamah.
"Ini artinya banyak masyarakat kelas bawah kita, masyarakat mendang-mending ini yang sudah mulai makan tabungan. Ini menggambarkan daya beli kita melemah," kata dia dalam diskusi publik INDEF, Kamis (21/12/2023).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Fenomena Masyarakat "Kuras" Simpanan, OJK Akui Jumlah Tabungan Masih Tumbuh tapi Melambat Halaman all - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment