Jakarta, CNBC Indonesia- Harga emas sempat mendekati US$ 2,000 tetapi data ekonomi Amerika Serikat (AS) menghapus peluang emas untuk melewati level US$ 2.000 per troy ons. Harga emas di pasar spot pada perdagangan Kamis (26/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.984,82 per troy ons. Harganya menguat 0,26%.
Penguatan ini memperpanjang tren positif emas yang juga menguat 0,48% pada perdagangan Rabu.
Emas sedikit melemah pada hari ini. Pada perdagangan Jumat (27/10/2023) pukul 06:18 WIB, harga emas melemah 0,006%.
Harga emas sempat memanas bahkan terbang mendekati US$ 2.000 per troy ons pada Kamis malam waktu Indonesia. Catatan Refinitiv menunjukkan pada Kamis pukul 20:15 WIB, emas menyentuh US$ 1.992 per troy ons.
Lonjakan harga emas dipicu oleh ketegangan di Timur Tengah. Namun, data-data ekonomi AS yang kuat membuat emas melandai.
Dalam perkembangan terbaru di Timur Tengah, Israel terus membombardir Gaza bagian selatan hingga menyebabkan korban berjatuhan. MengutipReuters, setidaknya 7.028 warga Palestina telah tewas, termasuk 2.913 anak-anak, dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Militer Israel juga merilis data kematian. Sebanyak 1.405, termasuk 308 anggota militer dan 58 anggota kepolisian tewas selama perang berkecamuk sepanjang 7-26 Oktober.
Militer Israel juga merilis data kematian. Sebanyak 1.405, termasuk 308 anggota militer dan 58 anggota kepolisian tewas selama perang berkecamuk sepanjang 7-26 Oktober.
Emas merupakan aset aman sehingga dicari saat ketegangan politik memanas. Namun, pergerakan emas yang kencang terhenti setelah AS mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi dan klaim pengangguran.
Ekonomi AS masih tumbuh kencang 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, tertinggi sejak kuartal IV-2022 atau hampir dua tahun. Permintaan dari sektor manufaktur AS juga tumbuh kencang 4,7% pada September, dari kontraksi 0,1% pada Agustus 2023.
Klaim pengangguran tercatat naik 10.000 menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023. Kendati naik tetapi klaim pengangguran masih dalam kisran terendah dalam delapan bulan terakhir.
Data-data ekonomi AS yang kencang ini membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, inflasi AS masih sulit turun ke depan sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih bisa hawkish.
Ekspektasi tersebut membuat indeks dolar menguat ke 106,6, atau naik tipis dari 106,53. Penguatan dolar AS membuat emas semakin tidak terjangkau untuk investasi sehingga emas kurang menarik.
Edward Moya, analis dari OANDA, mengatakan dalam kondisi normal harga emas akan terjun bebas karena data-data ekonomi AS. Namun, ketegangan di Timur Tengah menolong emas,
"Saya kaget karena emas tidak jatuh. Saya pikir pelaku pasar menyadari jika konflik di Timur Tengah mungkin akan berlangsung lama. Ini membantu emas," tutur Moya, dikutip dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]
Harga Emas Gagal Tembus US$ 2.000, Gara-Gara Amerika! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment