Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten transportasi dan logistik cenderung melempem pada perdagangan siang hari ini, Jumat (19/5/2023).
Berikut performa saham transportasi & logistik, berdasarkan data BEI, pukul 14.40 WIB.
- Indonesia Transport & Infrastructure (IATA), saham -1,47%, ke Rp67/saham
- Hasnur Internasional Shipping (HAIS), 0,00%, Rp233/saham
- Samudera Indonesia (SMDR), -2,7%, ke Rp360/saham
- Adi Sarana Armada (ASSA), -0,43%, ke Rp1.145/saham
- Satria Antaran Prima (SAPX), -1,94%, ke Rp760/saham
- Transkon Jaya (TRJA), 0,00%, ke Rp288/saham
- Jaya Trishindo (HELI), +8,67%, ke Rp188/saham
- Armada Berjaya Trans (JAYA), -4,84%, ke Rp118/saham
- Prima Globalindo Logistik (PPGL), +0,77%, ke Rp131/saham
- Eka Sari Lorena Transport (LRNA), +0,00%, ke Rp60/saham
- Maming Enam Sembilan Mineral (AKSI), -2,73%, ke Rp214/saham
- Weha Transportasi Indonesia (WEHA), +0,83%, ke Rp121/saham
- Pelita Samudera Shipping (PSSI), 0,00%, ke Rp700/saham
Pelemahan harga saham transportasi terutama bisnis kapal karena pengaruh jebloknya harga saham batu bara.
Sebab ada kekhawatiran dengan turunnya harga batu bara dunia bisa mendorong emiten untuk mengerem produksi dan pengiriman penjualan. Sehingga akan berdampak pada pendapatan perusahaan perkapalan.
Harga batu bara dunia saat ini makin tenggelam. Pada perdagangan Kamis (18/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 154 per ton. Harganya ambruk 6,5%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 3 Januari 2022 (US$ 151/ton) atau lebih dari 16 bulan terakhir.
Harga batu bara dunia yang ambruk disebabkan oleh sentimen negatif yang datang dari importir utama, China.
Produksi listrik China dari pembangkit batu bara naik 38% dalam sembilan tahun terakhir. Namun, kenaikannya kalah jauh dibandingkan produksi dari sumber energi lain.
Produksi listrik dari pembangkit tenaga air melonjak 580% dan energi matahari melonjak 400% dalam lima tahun.
Porsi pembangkit batu bara kepada total produksi listrik turun menjadi 71% pada Januari-April 2023 dari 79% pada periode sama 2014. Share produksi listrik dari tenaga angin dan sinar matahari naik menjadi 14% dari 3%.
Di tengah makin berkurangnya produksi listrik batu bara, Tiongkok terus melaporkan kenaikan output pasir hitam. Produksi batu bara China naik 6% menjadi 80 juta ton pada Januari-April 2023.
Bila produksi listrik dari pembangkit batu bara terus berkurang sementara produksi batu bara melonjak maka permintaan batu bara ke pasar global akan terus menurun sehingga harganya turun karena adanya oversupply.
CNBCINDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Begini Potret Wanita Tangguh di Balik Tambang Batubara
(fsd/fsd)
Harga Batu Bara Ambruk, Efek Ke Sektor Logistik Bikin Waswas - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment