Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini. Pada akhir Kamis (13/6), Rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.265 per dolar AS.
Pada waktu yang sama, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,98%, DXY[1] menguat ke level 105,20, Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 4,244%.
Keesokan harinya yakni pada Jumat (14/6) atau hari ini, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp 16.285 per dolar AS. Secara bersamaan Yield SBN 10 tahun turun ke 6,93%.
Pergerakan Rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS membuat nonresiden tercatat jual neto Rp 35,09 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 10,40 triliun di pasar saham sampai 13 Juni 2024. Di sisi lain, tercatat ada beli neto Rp 108,90 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Berdasarkan data transaksi 10-13 Juni 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp 8,91 triliun, terdiri dari jual neto Rp 0,75 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 0,76 triliun di saham, dan beli neto Rp 8,90 triliun di pasar SRBI.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," tulis keterangan resmi BI, Jumat (14/6/2024).
Premi CDS Indonesia 5 tahun per 13 Juni 2024 sebesar 70,95 bps, disebut relatif stabil dengan dibandingkan 7 Juni 2024 sebesar 70,14 bps.
(kil/kil)Rupiah Melemah, Dana Asing Kabur Segini - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment