Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas menguat setelah data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari perkiraan memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Menurut data Refinitiv harga emas dunia pada perdagangan Selasa (18/6/2024) tercatat US$2.328,33 per troy ons, menguat 0,41% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara pada perdagangan pagi ini (19/6/2024) pukul 06.10 WIB, harga emas di pasar spot tercatat US$2.328,93 per troy ons, naik tipis 0,02%.
Penjualan ritel AS naik 0,1% bulan lalu, menurut data Biro Sensus Departemen Perdagangan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel naik 0,3% di bulan Mei.
"Data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan membuat dolar melemah, dan pada saat yang sama, imbal hasil (yield) menurun, sehingga memberikan beberapa kenaikan pada harga emas di sini," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Para pelaku pasar saat ini memperkirakan kemungkinan 67% penurunan suku bunga Fed pada bulan September, menurut CME FedWatch Tool. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Namun demikian, komentar para pejabat The Fed tampak masih akan membebani pasar karena cenderung hawkish.
Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem, dalam pidato pertamanya mengenai kebijakan moneter sejak mengambil kendali di bank regional Fed, mengisyaratkan potensi pergerakan yang lebih panjang ke depan.
"Saya perlu mengamati periode inflasi yang menguntungkan, permintaan yang moderat, dan peningkatan pasokan sebelum menjadi yakin bahwa penurunan kisaran target suku bunga dana federal adalah hal yang tepat. Kondisi ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, dan kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa kuartal, "kata Musalem kepada CFA Society St. Louis.
Presiden Fed Boston Susan Collins memperingatkan agar tidak bereaksi berlebihan terhadap berita ekonomi yang "menjanjikan".
"Masih terlalu dini untuk menentukan apakah inflasi akan kembali ke target 2%," kata Collins kepada sebuah kelompok di Lawrence, Massachusetts. "Pendekatan yang tepat terhadap kebijakan moneter terus memerlukan kesabaran, memberikan waktu untuk penilaian yang metodis dan holistik terhadap konstelasi data yang tersedia."
Bagi Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, kuncinya adalah agar tekanan harga tetap mereda baik pada sektor jasa maupun barang.
"Kami jelas berada di sisi yang tidak menguntungkan dari inflasi," kata Barkin, dan menambahkan bahwa Ia menemukan data terbaru yang menunjukkan harga konsumen tidak naik sama sekali dari bulan April hingga Mei "menggembirakan." Namun, katanya, data yang tidak lengkap sejak tahun lalu berarti jalur kebijakan ke depan masih belum jelas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)[Gambas:Video CNBC]
Ada Kabar Baik dari AS, Pemilik Logam Mulia Siap Pesta Pora? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment