Rechercher dans ce blog

Monday, February 12, 2024

Sahamnya Diborong Asing, Ini Perkiraan Dividen BRI, BNI, Mandiri - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga saham perbankan BUMN atau bank Himbara dengan kapitalisasi pasar jumbo terpantau melesat dan kembali mencetak level tertinggi sepanjang masanya atau all time high pada perdagangan Senin (12/2/2024).

Ketiga saham tersebut yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Pada akhir perdagangan kemarin, saham BBNI ditutup melonjak 3,48% ke posisi Rp 5.950/unit, menjadi level ATH barunya. Terakhir BBNI mencetak ATH yakni pada perdagangan 2 Februari lalu di harga Rp 5.775/unit.

Sedangkan saham BBRI melompat 2,99% ke Rp 6.025/unit. Ini menjadi level ATH terbaru BBRI, di mana terakhir BBRI mencetak ATH yakni pada 12 Januari lalu di Rp 5.850/unit.

Adapun BMRI pada penutupan perdagangan kemarin melesat 2,16% menjadi Rp 7.100/unit. BMRI juga mencetak ATH barunya di harga penutupan kemarin. Terakhir BMRI mencetak ATH yakni pada perdagangan Rabu pekan lalu di Rp 6.950/unit.

Saham BMRI menjadi saham bank Himbara yang termasuk paling sering mencetak ATH, di mana sepanjang Februari saja, BMRI sudah mencetak rekor sebanyak lima kali.

Berikut pergerakan tiga saham bank Himbara yang berhasil mencetak ATH barunya pada hari ini.

Diketahui, melesatnya tiga saham bank Himbara tersebut hingga kompak menyentuh ATH barunya terjadi karena investor asing masih memborong ketiga saham tersebut.

Pada perdagangan kemarin, saham BBRI menjadi yang paling banyak diborong asing yakni mencapai Rp 562,5 miliar. Kemudian disusul BMRI sebesar Rp 296 miliar dan saham BBNI sebesar Rp 73,3 miliar.

Adapun sepanjang tahun ini, BMRI menjadi yang paling banyak diborong asing yakni hingga mencapai Rp 3 triliun, disusul BBRI sebesar Rp 1,9 triliun, dan BBNI sebesar Rp 737,6 miliar.

Hal ini karena kinerja keuangan pada 2023 dari ketiga saham tersebut yang melebihi ekspektasi pasar sebelumnya, mendorong investor kembali memburu ketiga saham tersebut.

Sebagai informasi, BMRI menorehkan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 55,06 triliun menjadi 33,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) sepanjang 2023. Ini menjadi perolehan laba yang terbesar sejak perusahaan didirikan 25 tahun lalu.

Capaian ini disokong oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 9,08% yoy menjadi Rp 9,89 triliun. Adapun sepanjang 2023 Bank Mandiri membukukan kredit sebesar Rp 1.398 triliun, naik 16,3% yoy. Hal ini mendorong aset bank menjadi Rp 2.174 triliun, tumbuh 9,12% yoy.

Pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen, salah satunya didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 490 triliun pada akhir 2023, tumbuh 18,3% yoy.

Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibanding segmen lain yaitu sebesar 21,2% yoy menjadi Rp 238 triliun.

Pertumbuhan ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang terus membaik. Per akhir 2023, non-perfoming loan (NPL) bank berlogo pita ema situ secara bank only berhasil turun sebesar 86 basis poin (bp) secara tahunan ke level 1,02%.

Sedangkan laba bersih BBNI pada 2023 mencapai Rp 20,9 triliun. Angka tersebut naik 14,2% secara tahunan. Laba perusahaan anak menyumbang Rp 419,4 miliar, dengan pertumbuhan 36,2% yoy.

Hasil positif ini diperoleh dari perbaikan fundamental, termasuk kontribusi fee-based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset. Sepanjang periode 2020-2023, BNI mampu mencatatkan rata-rata pertumbuhan kredit mencapai 7,9% per tahun.

Laba BBNI juga ditopang oleh pendapatan non-bunga (non-interest income). Sepanjang 2023 pos pendapatan tersebut naik 6,6% yoy menjadi Rp21,47 triliun.

BBNI mencatatkan penyaluran kredit mencapai Rp695 triliun sepanjang tahun 2023, naik 7,6% yoy. Penyaluran kredit tersebut terutama didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit konsumer, dan perusahaan anak.

Korporasi blue chip swasta tumbuh 14,3% yoy, blue chip BUMN tumbuh 11,8% yoy, kredit konsumer tumbuh 13,6% yoy, serta perusahaan anak yang tumbuh 134% yoy.

Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit tersebut, BNI juga telah menjaga kualitas portfolio kreditnya. Hal ini tercermin dari penurunan NPL di posisi 2,14% dan rasio kredit dalam risiko atau loan at risk (LaR) menurun jadi 12,9% di tahun 2023.

Sementara untuk laba bersih BBRI di 2023 sebesar Rp 60,4 triliun. Perolehan tersebut tumbuh 17,54% secara tahunan dari perolehan tahun 2022 sebesar Rp51,40 triliun.

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari penyaluran kredit BRI yang tercatat sebesar Rp 1.266,4 triliun, tumbuh 11,2% yoy pada periode Desember 2023. Dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.068 triliun, atau menyumbang komposisi sebesar 84,4%.

Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,12% dan NPL net sebesar 0,76% per Desember 2023. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 229,09%.

Kinerja Keuangan dan Saham Cetak Rekor, Bagaimana Dividennya?

Tentunya, ketika kinerja keuangan cenderung membaik bahkan melebihi ekspektasi pasar akan berpengaruh terhadap kebijakan pembagian dividen. Apalagi, tiga saham bank raksasa tersebut juga terkenal dengan emiten yang royal membagikan dividennya setiap tahun, minimal sekali.

Dividen sendiri merupakan keuntungan yang dibagikan pada investor dari sebagian laba bersih perusahaan.

CNBC Indonesia Research memproyeksikan dividen yang akan dibagikan investor pada tahun ini berdasarkan laba bersih tahun buku 2023 lalu dengan asumsi rata-rata selama tiga tahun Dividend Payout Ratio (DPR) atau alokasi laba yang sudah dikurangi porsi laba ditahan.

Secara nominal, BMRI potensi membagikan dividen paling besar yakni mencapai Rp 335 per lembar, kemudian diikuti BBRI sebesar Rp 304 per lembar, dan BBNI senilai Rp 169 per lembar.

Dari tiga saham bank tersebut, BBRI sudah membagikan dividen interimnya pada akhir tahun lalu, yakni sebanyak Rp 84 per lembar. Sehingga jika dikurangi porsi dividen interim, BBRI potensi membagikan dividen sebesar Rp 280 per lembar.

Sementara itu, estimasi dividend yield atau persentase keuntungan dividen terhadap harga saham, berdasarkan harga Senin kemarin, BBRI menjadi yang paling unggul, dengan potensi yield mencapai 5,05%, kemudian diikuti BMRI sebanyak 4,72%, dan BBNI 2,84%.

Sebagai catatan, nilai dividend yield ini bisa berubah bergantung pada fluktuasi harga saham dan posisi harga yang kita dapatkan.

Semakin turun harga maka potensi yield yang akan didapatkan semakin tinggi, ini berlaku sebaliknya jika harga saham semakin naik maka dividen yield yang didapatkan lebih rendah.

Kesimpulannya, semakin tinggi dividend yield, maka semakin murah harga saham yang kita dapat atau keuntungan dari dividen terhadap harga saham yang kita dapat akan semakin tinggi ketika kita dapat harga saham yang lebih rendah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]

Adblock test (Why?)


Sahamnya Diborong Asing, Ini Perkiraan Dividen BRI, BNI, Mandiri - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Tak Adil Bagi RI, Menperin Tolak Proposal Investasi Rp1,5 T dari Apple - CNN Indonesia

[unable to retrieve full-text content] Tak Adil Bagi RI, Menperin Tolak Proposal Investasi Rp1,5 T dari Apple    CNN Indonesia Pemerintah...