- Transaksi berjalan mencatatkan defisit pada kuartal II-2023 begitu pula dengan Neraca Pembayaran Indonesia
- Melandainya ekspor serta besarnya pembayaran investasi oleh investor asing di Indonesia membuat transaksi berjalan defisit
- Investor asing memilih kabur dari pasar keuangan Indonesia sehingga membuat neraca transaksi finansial defisit
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai dampak besar terhadap perlambatan dan ketidakpastian global terbukti. Transaksi berjalan berbalik arah menjadi defisit karena melemahnya ekspor. Kaburnya investor asing juga membuat Neraca Pembayaran Indonesia terperosok ke zona negatif.
Bank Indonesia (BI) melaporkan transaksi berjalan Indonesia membukukan defisit sebesar US$1,9 miliar atau 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2023. Defisit ini adalah yang pertama sejak kuartal II-2021
Ekspor dan Pendapatan Primer Menggerogoti Transaksi Berjalan
Pada transaksi berjalan, neraca ekspor impor masih mencatatkan surplus sebesar US$ 10,35 miliar. Namun, angkanya jauh lebih kecil dibandingkan pada kuartal I-2023 yang tercatat US$ 14,7 miliar.
Surplus neraca ekspor impor menyempit karena ekspor barang turun jauh dari US$ 67,32 miliar pada Januari-Maret 2023 menjadi US$ 61,97 miliar pada April-Juni 2023.
Pelemahan ekspor ini menjadi bukti nyata jika perlambatan ekonomi mitra dagang sudah berdampak besar terhadap perdagangan Indonesia.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi berkali-kali mengingatkan mengenai ekonomi global yang diprediksi masih suram dan bisa berdampak negatif ke Indonesia.
Dalam laporannya, BI menjelaskan penurunan neraca ekspor impor disebabkan oleh penurunan komoditas global dan perlambatan ekonomi dunia.
Data BI menunjukkan ekspor Indonesia pada kuartal II-2023 (year on year/yoy) ke 10 negara utama jeblok. Kontraksi besar dicatat oleh Malaysia, Korea Selatan, India, dan China.
Selain perlambatan ekspor, transaksi berjalan juga mengalami defisit karena besarnya neraca perdagangan primer.
Defisit neraca perdagangan primer meningkat menjadi US$ 9,15 miliar pada kuartal II-2023, dari US$ 8,61 miliar pada kuartal I-2023.
Defisit meningkat karena naiknya pembayaran dividen atau imbal hasil atas investasi asing di Indonesia.
Asing Kabur dari RI, NPI pun Nelangsa
Tak hanya transaksi berjalan, neraca transaksi finansial juga masuk ke zona negatif karena derasnya capital outflow. Asing memilih kabur sejalan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.
Neraca transaksi finansial yang merekam investasi langsung dan portofolio membukukan defisit sebesar US$ 4,97 miliar pada April-Juni 2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,68 miliar pada Januari-Maret 2023.
Investasi langsung masih mencatatkan surplus sebesar US$ 3,31 miliar pada kuartal II-2023, turun dari US$ 3,86 miliar pada kuartal I-2023.
Masih besarnya investasi langsung menunjukkan jika Indonesia masih menjadi tujuan menarik bagi investor asing di sektor riil.
Namun, tidak demikian dengan investasi portofolio yang merekam transaksi investasi di saham dan obligasi. Neraca investasi portofolio mencatatkan defisit sebesar US$ 2,59 miliar pada kuartal II-2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,03 miliar pada kuartal I-2023.
Pada pasar saham, investor asing masih mencatatkan net inflow sebesar US$ 0,6 miliar pada April-Juni tahun ini, meningkat dibandingkan US$ 0,2 miliar pada Januari-Maret 2023.
Bila asing masih berminat besar di pasar saham maka tidak demikian dengan di pasar obligasi.
Investor asing hanya mencatatkan net outflow sebesar US$ 0,1 miliar di obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Outflow lebih kepada pembayaran SBN internasional jatuh tempo dan di sektor syariah.
Namun, aksi jual besar-besaran terjadi pada obligasi korporat atau swasta. Asing mencatat net outflow sebesar US$ 2,3 miliar pada kuartal II-2023, melonjak dari US$ 0,5 miliar pada kuartal sebelumnya.
Penjualan obligasi korporat terutama terjadi pada tenor jangka panjang. Meningkatnya ketidakpastian global dari AS dan melemahnya China membuat asing meninggalkan pasar obligasi swasta.
NPI Berbalik Defisit, Apa Dampaknya?
Besarnya defisit pada transaksi berjalan serta investasi portofolio membuat, secara keseluruhan, NPI mencatat defisit sebesar US$ 7,37 miliar pada kuartal II-2023. Defisit ini adalah yang pertama sejak kuartal III-2022.
Defisit pada April-Juni 2023 juga berbanding terbalik dengan surplus sebesar US$ 6,52 miliar pada Januari-Maret 2023.
Ekonom Bahan Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan defisit NPI terancam melebar ke depan karena besarnya impor minyak sementara sebaliknya ekspor batu bara dan minyak sawit mentah stagnan.
Satria juga menjelaskan defisit pada NPI dan transaksi berjalan ini bisa memberi tekanan lebih ke rupiah sehingga BI kembali mengerek suku bunga untuk menjaga mata uang Garuda.
"Kondisi ini akan memberi risiko lebih kepada rupiah. Konsensus kamu melihat arah kebijakan BI ke depan justru akan menaikkan suku bunga bukan pada pemangkasan," tutur Satria, kepada CNBC Indonesia.
Kekhawatiran Jokowi Terbukti
Sebelumnya dalam beberapa kesempatan, Jokowi mengingatkan jika kondisi ekonomi global masih gelap. Ia pun menambahkan dalam narasi Buku Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan & Belanja Negara (RAPBN) 2024 terlihat bahwa pemerintah khawatir mengenai kondisi ekonomi global.
Ketakutan tersebut menjadi nyata setelah data NPI mengalami defisit pada kuartal-II 2023.
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi juga mengingatkan jika kondisi ekonomi global masih gelap. Jokowi mengatakan, untuk mewujudkan hal itu bukan perkara mudah karena ada tantangan dari situasi ekonomi global yang masih gelap, meski Indonesia masih mengalami pertumbuhan.
"Kita tahu situasi global tidak mendukung, situasi ekonomi dunia juga tidak mendukung," kata Jokowi saat membuka Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah di Gedung BPKP, Jakarta Timur, 14 Juni 2023.
Perlambatan serta ketidakpastian ekonomi global ini akan tercermin dalam data transaksi berjalan serta Neraca Pembayaran Indonesia yang akan diumumkan Bank Indonesia hari ini.
Data transaksi berjalan akan menggambarkan seberapa jauh ekspor Indonesia sudah terimbas oleh perlambatan ekonomi global sementara data NPI akan menggambarkan apakan investor asing sudah mulai tertarik masuk ke Indonesia di tengah masih kencangnya ketidakpastian global
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/mae)[Gambas:Video CNBC]
Ketakutan Jokowi Terbukti, Asing Ramai-Ramai Kabur dari RI - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment