PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) merogoh Rp 22,8 triliun untuk membangun dua pabrik baterai mobil listrik di Indonesia. Pabrik pertama yang memproduksi baterai pack sudah berdiri sejak 2021 dengan investasi US$ 60 juta. Sedangkan pabrik baterai cell sedang dibangun dengan nilai investasi US$ 1 miliar.
Presiden Hyundai Motor ASEAN HQ Young Tack Lee mengatakan, produksi kendaraan listrik menjadi salah satu produk yang terus didorong produksinya di Indonesia. Komitmen ini juga terlihat dari kontribusi Hyundai dalam pembangunan pabrik baterai.
"Jadi memang baru bangun baterai. Baik dari dua, pabrik cell, dan itu mungkin tahun ini sudah mulai produksi," kata Young Tack Lee, di pabriknya yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023).
Lee mengatakan, saat ini ada dua pabrik baterai yang tengah didorong pembangunannya. Antara lain ialah pabrik baterai cell dan pabrik baterai pack. Adapun total investasi yang dibutuhkan dalam membangun kedua pabrik ini sekitar US$ 1,5 miliar atau setara Rp 22,8 triliun (kurs Rp 15.200/US$).
"Baterai cell itu Hyundai sama LG 50 sama 50, investasi bersama. Jadi kira-kira US$ 1 miliar untuk baterai sel, sedangkan untuk baterai packnya US$ 60 juta. Seluruh total investasinya US$ 1,5 miliar," terangnya.
Lee sendiri mengaku pede di industri ini lantaran Hyundai sendiri merupakan produsen mobil listrik nomor satu di Asia untuk saat ini. Karena itulah, ia tak khawatir dengan pesaingnya yang berasal dari China maupun Jepang. Pasalnya, memang Korea Selatan sendiri tengah fokus dalam pengembangan produk tersebut.
"Membandingkan Jepang sama China, Korea Selatan, sebenarnya Hyundai, itu nomor satu. Jadi nggak usah khawatir," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, dirinya optimis Indonesia bisa menjadi pusat industri mobil listrik. Hal ini bisa terwujud apabila kolaborasi dengan banyak pihak bisa terus ditingkatkan. Langkah lainnya ialah dengan mendorong investasi masuk ke Indonesia, termasuk di industri produksi mobil listrik seperti Hyundai.
"Kita berharap dengan Hyundai ini menjadi pusat mobil listrik, mendorong ekosistem mobil listrik di tanah air dan kalau investasi yang teknologi tinggi gini begitu banyak, yang menengah banyak, maka kita pertumbuhannya akan meningkat," kata Zulhas, dalam momentum yang sama.
"Dengan investasi meningkat, ekspor meningkat, kita akan menguasai dunia, barulah cita-cita Indonesia sebagai negara maju dan pusat mobil listrik bisa tercapai," katanya.
Zulhas mengatakan, Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahan baku baterai EV yang melimpah khususnya nikel. Pemerintah juga tengah mendorong kerja sama dengan Australia selaku pemilik bahan baku lithium. Dari kerja sama ini, harapannya, Indonesia bisa membangun pusat baterai EV.
Sebagai tambahan informasi, pabrik baterai pack Hyundai berada di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Pabrik ini merupakan pabrik sistem baterai atau pabrik yang merakit sel-sel baterai menjadi satu kesatuan utuh, sehingga siap 'ditanamkan' di mobil listrik.
Pabrik ini merupakan hasil kolaborasi antara Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dan Hyundai Mobis of Hyundai Motor Group. Pabrik anyar ini dinamakan sebagai Hyundai Energy Indonesia dan menjadi pabrik perakitan sistem baterai pertama Hyundai Motor Group di kawasan Asia Tenggara.
Sementara pabrik baterai cell terletak di Karawang, Jawa Barat. Pabrik ini merupakan pabrik hasil kerja sama Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution (LGES) Ltd. Selain Hyundai dan LG, juga ada merek Kia, juga PT Industri Baterai Indonesia.
Pabrik ini dinamakan PT HKML Battery, dan ditargetkan akan memproduksi sel baterai senilai 10 GWh per tahun. Angka itu cukup untuk menjalankan lebih dari 150.000 kendaraan listrik.
(rrd/rir)Hyundai Rogoh Rp 22,8 T Bangun Pabrik Baterai Listrik di RI - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment