Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, ataupun pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih berkutat di zona merah.
Rontoknya pasar keuangan dalam negeri dipicu oleh terpuruknya bursa Amerika Serikat (AS), ancaman resesi, kembali meningkatnya ketegangan antara Rusia-Ukraina, serta ekspektasi kenaikan suku bunga acuan global.
Pada perdagangan Selasa (11/10/2022), IHSG terkoreksi cukup dalam yakni 0,79% ke 6.939,15. Dengan demikian, IHSG sudah melemah selama tiga hari beruntun sejak Jumat pekan lalu. IHSG sempat menyundul level 7.000 tetapi harus berbalik arah.
Sebanyak 340 saham mengalami penurunan, 190 saham menguat dan 164 saham stagnan. Nilaiperdagangan tercatat Rp 11,8 triliun dengan melibatkan lebih dari 26,5 miliar saham. Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 26,5 miliar di seluruh pasar.
Sejak perdagangan dibuka, IHSG sudah berada di zona merah. Selang 8 menit saja, indeks terpantau jatuh 0,29% ke 6.974,06. Pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB, IHSG ditutup di zona merah dengan koreksi 0,2% ke 6.980,16.
Saham dengan kenaikan tertinggi di antaranya PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) yang melonjak 28,45%, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) yang melesat 25,00%, PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) yang naik 16,39%, serta PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) yang menanjak 10,8%.
Saham dengan penurunan terbesar adalah PT Agung Menjangan Mas (AMMS) yang anjlok 9,26% dan PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI) yang ambruk 7%.
Dari deretan LQ45, saham yang paling banyak ditransaksikan di antaranya adalah PT Bumi Resources Tbk BUMI) dengan nilai Rp 1,6 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak Rp 590,3 miliar.
Kembali rontoknya IHSG salah satunya dipicu oleh meningkatnya ancaman resesi. CEO JPMorgan, Jamie Dimon pada Senin (10/10/2022) memperkirakan AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 6-9 bulan ke depan atau pada 2023. AS tidak hanya mengalami perlambatan ekonomi ringan tetapi mengarah ke kondisi yang serius.
Kekhawatiran memburuknya ekonomi juga disampaikan Presiden Joko Widodo, atau Jokowi. Berbicara dalam sebuah forum investor, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyebut ada 28 negara yang tengah meminita bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) karena ekonomi mereka yang tidak stabil.
"Saya dapat informasi dari pertemuan di Washington D.C, 28 negara sudah antre di markasnya IMF. Dengan situasi yang ada sekarang ini negara manapun dapat terlempar cepat keluar jalur dengan mudah apabila tidak hati-hati dan tidak waspada baik dalam pengelolaan moneter maupun pengelolaan fiskal," tutur Jokowi, Selasa (11/10).
IMF dan AS Bawa Kabar Buruk, Awas IHSG Nyungsep Lagi - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment