Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah terjun bebas di sepanjang pekan ini, di mana isu resesi global terus membayangi dan menekan permintaan terhadap komoditas, termasuk minyak mentah.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Jumat (14/10/2022) minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) berakhir ambles 3,93% ke US$ 85,61/barel, sementara Brent ditutup anjlok 3,11% ke US$ 91,63/barel.
Dalam lima hari perdagangan, harga minyak mentah hanya berhasil menguat pada Rabu (13/10).
Bahkan, di sepanjang pekan ini, kedua minyak mentah acuan dunia tersebut melandai tajam. Minyak mentah jenis WTI ambruk 7,59% dan Brent jatuh 6,42%.
Isu resesi global yang kian santer beberapa waktu ini, kian menekan pergerakan si 'emas hitam' ini. Tidak sekedar resesi saja, dunia juga berisiko menghadapi risiko resesi yang panjang. Sebabnya, bank sentral AS (The Fed) berencana menahan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama.
Hal tersebut terindikasi dari rilis notula rapat kebijakan moneter pada Kamis (13/10/2022) dini hari.
Dalam notula tersebut tersurat para anggota The Fed terkejut dengan laju kenaikan harga yang cepat, sehingga menginginkan suku bunga akan tetap tinggi sampai inflasi menurun.
"Para partisipan menilai Komite perlu bergerak (menaikkan suku bunga), dan menahannya, kebijakan moneter yang lebih restriktif untuk mencapai mandat tenaga kerja maksimum dan stabilitas harga," tulis notula tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.
Dengan suku bunga ditahan di level tinggi, resesi bisa semakin panjang, hal ini membuat outlook minyak mentah menjadi suram.
Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.
"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).
Selain itu OPEC dan Departemen Energi AS memangkas outlook permintaan minyak mentah di tahun ini. OPEC menilai, permintaan minyak mentah akan turun antara 460.000 hingga 2,64 juta barel per hari.
Harga minyak mentah juga terbebani oleh penguatan dolar AS di pasar spot, sehingga harga minyak mentah menjadi lebih mahal untuk pemegang mata uang lainnya. Di sepanjang pekan ini, si greenback telah menguat sebanyak 0,46% dan berada di posisi 113,31, kian dekat dengan posisi tertingginya selama dua dekade di 114,7.
Namun, jika harga minyak mentah dunia terus terkoreksi, bukan hal yang tidak mungkin dapat mengerek turun harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, khususnya non-subsidi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Ini Bukti Harga Minyak Liar karena Perang Rusia-Ukraina
(aaf/aaf)
Harga Minyak Mentah Terjun Bebas, Harga BBM Bisa Ikutan? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment