Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen demi menekan laju inflasi, Rabu (15/6).
Kenaikan suku bunga AS ini menjadi yang paling tinggi sejak November 1994.
Langkah kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5 persen dan 1,75 persen.
Meski demikian, kenaikan suku bunga The Fed ini diperkirakan akan terus berlanjut. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan menjadi 3,4 persen pada akhir tahun.
Federal Open Market Committee (FOMC) sebagai pihak yang berwenang menetapkan kebijakan menegaskan kembali pihaknya tetap "berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen".
Anggota komite sekarang melihat tingkat akhir tahun sebesar 3,4 persen, naik dari proyeksi 1,9 persen pada Maret, menurut perkiraan median triwulanan.
Dikutip AFP, Ketua The Fed, Jerome Powell, akan mengadakan konferensi pers setelah pertemuan untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang rencana bank sentral AS tersebut menyusul kenaikan suku bunga tertinggi ini.
FOMC melihat efek invasi Rusia ke Ukraina "Menciptakan tekanan tambahan pada inflasi dan membebani aktivitas ekonomi global."
Peningkatan suku bunga ini bakal berdampak meninggikan biaya semua jenis pinjaman, termasuk hipotek, kartu kredit sampai cicilan mobil. Hal ini diprediksi bakal meredam permintaan dan aktivitas bisnis.
Sementara itu, inflasi di AS telah menjadi perhatian utama setelah ekonomi terbesar di dunia ini mengalami lonjakan inflasi 8,5 persen selama 12 bulan terakhir yang merupakan tertinggi sejak Desember 1981.
Warga AS saat ini sedang mengalami kenaikan harga di mana-mana mulai dari barang di toko sampai bahan bakar. Konflik Rusia dan Ukraina yang sekarang berlangsung tekanan harga pada makanan dan energi sepertinya tak bakal mereda dalam waktu dekat.
(rds)The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan AS 0,75 Persen, Tertinggi Sejak 1994 - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment