Rechercher dans ce blog

Monday, March 7, 2022

Gencatan Senjata Ukraina Berakhir, Wall Street Terbanting - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ambles pada pembukaan perdagangan Senin (7/3/2022), setelah prospek perdamaian Ukraina-Rusia kian kabur yang memicu lonjakan harga minyak mentah dunia.

Indeks Dow Jones Industrial Average drop 250 poin (-0,8%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi minus 323,89 poin (-0,96%) ke 33.290,91. S&P 500 turun 40,95 poin (-0,95%) ke 4.287,92 dan Nasdaq ambles 142,56 poin (-1,07%) ke 13.170,87.

Harga minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) lompat 1,5% menjadi US$ 117 per barel setelah sempat menyentuh angka US$ 130/barel. Adapun minyak acuan global jenis Brent melesat ke level US$ 121/barel, setelah sempat menyentuh level US$ 139/barel atau level tertinggi sejak Juli 2008.


Reli terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada NBC pada Minggu menyatakan bahwa Washington "sangat aktif berdiskusi" dengan pemerintah di Eropa mengenai rencana blokade migas Rusia.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi dalam surat resminya ke kader Partai Demokrat menyatakan bahwa pihaknya "mencari legislasi yang kuat" untuk melarang impor minyak asal Rusia - yang diyakini bakal kian mengisolasi Rusia dari ekonomi global.

Pekan lalu Ukraina menuduh Rusia melanggar gencatan senjata dengan melancarkan kembali serangan. Di sisi lain, Rusia menuduh pemerintah Ukraina justru tak mengizinkan warga sipil keluar lewat jalur yang disepakati karena memakai mereka sebagai tameng.

Harga BBM pun melonjak ke level tertingginya sejak 2008, dengan rata-rata nasional di AS mencapai US$ 4,06/galon, menurut AAA. Hal ini memicu kekhawatiran inflasi dunia akan meninggi.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun kembali naik, sebesar 4 basis poin (bp) menjadi 1,76%. Kenaikan yield mengindikasikan harga yang tertekan karena permintaan aset minim risiko (dalam hal ini obligasi pemerintah) menurun.

Namun, saham perbankan yang semestinya diuntungkan ketika suku bunga meninggi justru berguguran. Saham Citigroup anjlok 3,9% dan Bancorp ambles 3% yang mengindikasikan bahwa kecemasan pasar lebih pada tekanan ekonomi akibat perang yang bisa memukul sektor keuangan.

Sepekan lalu, Dow Jones ditutup ambrol 1,3%, sementara Nasdaq terbenam hingga 2,8%.

"Pasar saham berkutat dengan tekanan suplai komoditas termasuk utamanya harga minyak dan khawatir bahwa ini bisa berubah menjadi tekanan stagflasi dan tak hanya inflasi," tutur Kathy Bostjancic, Kepala Ekonom Oxford Economics kepada CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(ags/ags)

Adblock test (Why?)


Gencatan Senjata Ukraina Berakhir, Wall Street Terbanting - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Shell Diisukan Tutup SPBU di Indonesia, Ini Faktanya - detikOto

[unable to retrieve full-text content] Shell Diisukan Tutup SPBU di Indonesia, Ini Faktanya    detikOto Bantah Tutup SPBU, Ini Harga BBM ...