Jakarta, CNBC Indonesia - Investor sudah sejak lama menganggap saham emiten raksasa consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebagai saham defensif. Namun, kinerja saham UNVR malah tak kunjung mengakhiri tren penurunan seiring rapor keuangan yang jeblok.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan perdagangan Rabu (23/2/2022), harga saham UNVR berada di level Rp 3.820/saham. Sejak awal tahun, saham UNVR sudah minus 7,06%.
Dalam setahun, saham ini sudah ambles 47,67% dan dalam 3 tahun 'nyungsep' 57,01%.
Sementara, sejak menyentuh level tertinggi di Rp 11.180/saham pada 29 Desember 2017, saham UNVR sudah 'terjun' 65,83%. (Lihat grafik di bawah ini).
Anjloknya harga saham UNVR sejak menyentuh level tertinggi di awal-awal 2018 beriringan dengan menurunnya kinerja perusahaan sejak tahun itu. Hal tersebut tampak mengirim sinyal ke pasar bahwa investor tidak terkesan dengan kinerja keuangan UNVR pasca-2018.
Pada 2018, UNVR sukses membukukan pendapatan bersih Rp 41,80 triliun, naik 1,45% secara tahunan/yoy. Pada tahun yang sama, UNVR menghasilkan laba bersih Rp 9,08 triliun, naik dua digit 29,65% secara yoy.
Setelah tahun itu, laba bersih UNVR terus turun hingga akhir 2021 lalu. (Lihat grafik di bawah ini).
Teranyar, pada 2021, laba bersih UNVR anjlok 19,6% secara tahunan menjadi Rp 5,76 triliun dari sebelumnya Rp 7,16 triliun. Penjualan bersih perusahaan juga turun 7,97% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 39,5 triliun.
Manajemen Buka Suara
Melihat kinerja yang loyo pada tahun lalu, manajemen UNVR pun memberi tanggapan.
Diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya, pada 11 Februari 2022, manajemen UNVR menunjuk penyebab menurunnya penjualan bersih UNVR sepanjang tahun lalu adalah karena kebijakan pengetatan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana UNVR beroperasi.
Selain itu, kata pihak UNVR, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil (minyak mentah), palm-oil (CPO) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.
"Lonjakan harga bahan baku, penurunan daya beli konsumen akan produk kami, dan waktu transisi untuk kembali ke daya beli sebelum pandemi hanyalah sebagian dari berbagai tantangan yang muncul di tahun 2021," jelas Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Ira Noviarti, dalam keterangan resmi.
Ira bilang, perseroan terus menggenjot berbagai produk yang memiliki peluang besar, misalnya dari kategori Foods and Refreshment yang berhasil menopang pertumbuhan Perseroan pada 2021.
Kendati demikian, manajemen UNVR yakin bahwa perusahaan akan kembali pulih di masa yang akan datang.
"Dua tahun melewati pandemi bagi perseroan merupakan masa reset dan menyiapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan dan kemenangan jangka panjang," kata Ira.
Rekomendasi Analis
Mengamati kinerja jeblok UNVR, dari 19 analis yang dihimpun oleh Refinitiv, hanya 1 yang memiliki rating strong-buy, 2 analis memberikan rekomendasi buy atau beli. Sementara, 10 analis memberi rating hold, dan 6 memberikan rating jual alias sell.
Adapun, median target price yang disarankan para analis berada di Rp 4.350/saham dengan nilai mean Rp 4.445/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Investor Kecewa Nih! Saham UNVR Anjlok, Rapor Keuangan Jeblok - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment