Jakarta, CNBC Indonesia - Kecemasan pelaku pasar dalam beberapa pekan terakhir akhirnya terjadi, Rusia menginvasi Ukraina sejak Kamis kemarin. Bursa saham global langsung ambrol kemarin termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jeblok 1,5% kemarin.
Yang menarik, investor asing justru masih terus memborong saham di dalam negeri. Kemarin, aksi beli aksi beli bersih (net buy) tercatat sebesar senilai Rp 821 miliar di pasar reguler. Ditambah pasar nego dan tunai totalnya menjadi Rp 881 miliar.
Sementara pada hari ini, Jumat (25/2) lebih besar lagi, Rp 1,14 triliun di pasar reguler, sementara jika menggabungkan di pasar nego dan tunai, net buy tercatat sebesar Rp 1,07 triliun.
Aksi borong tersebut membantu IHSG menguat lebih dari 1% ke 6.888,171 pada perdagangan hari ini.
Tidak hanya dua hari terakhir, sepanjang pekan ini investor asing selalu mencatat net buy dengan total 4,55 triliun.
Saat invasi terjadi kemarin, investor asing paling banyak memborong saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) senilai Rp 282,3 miliar. Kemudian disusul PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai 203,8 miliar.
Urutan ketiga hingga kelima ditempati PT MNC Studios International Tbk. (MSIN) sebesar 95,4 miliar, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar Rp 87 miliar, dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) sebesar Rp 81,1 miliar.
Sementara, net buy PT Bank Jago Tbk. (ARTO) kemarin tercatat sebesar 67,2 miliar, dan hari ini menjadi yang paling banyak diborong. Total dalam dua hari terakhir net buy ARTO sebesar Rp 895,8 miliar.
Ini menjadikan ARTO menjadi saham yang paling banyak diburu sejak perang Rusia-Ukraina pecah. BBNI berada di posisi runner up, total net buy dalam 2 hari sebesar Rp 320,4 miliar. Di urutan ketiga ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI sebesar 302,5 miliar.
Berikut 10 saham dengan net buy terbesar selama 2 hari.
Tidak hanya di pekan ini, investor asing sudah getol mengoleksi saham di dalam negeri dalam beberapa pekan terakhir yang membuat sepanjang tahun ini net buy menjadi lebih dari Rp 23 triliun.
Fundamental perekonomian Indonesia yang semakin membaik bisa jadi membuat investor asing terus mengalirkan modalnya ke Indonesia. Tidak seperti negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) begitu juga negara-negara di Eropa, inflasi di Indonesia masih rendah.
Di bulan Januari, inflasi di Indonesia dilaporkan tumbuh 2,18% year-on-year (yoy), bandingkan dengan Amerika Serikat yang sebesar 7,5% (yoy).
Selain itu, ditopang kenaikan harga komoditas neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 21 bulan beruntun, dan membantu transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus sebesar US$ 1,4 miliar atau 0,4% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV-2021, lebih rendah dari kuartal sebelumnya US$ 5 miliar (1,7% dari PDB) di tiga bulan sebelumnya.
Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,3 miliar (0,3% dari PDB). Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Dengan surplus tersebut, stabilitas nilai tukar rupiah akan lebih terjaga yang bisa memberikan kenyamanan investor asing berinvestasi di dalam negeri. Kerugian akibat fluktuasi kurs bisa diminimalisir, begitu juga rendahnya inflasi.
Di tahun ini, transaksi berjalan memang diperkirakan akan kembali defisit, tetapi tidak akan sebesar sebelumnya.
Kemudian, pemerintah juga sudah menegaskan tidak akan lagi melakukan pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sehingga roda perekonomian bisa berjalan lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap)
Ini Deretan Saham Diborong Asing Saat Rusia-Ukraina Perang - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment