DUNIA memasuki fase baru konflik terbuka yang ditandai masuknya pasukan Rusia ke wilayah Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Masuknya pasukan Rusia dengan dalih operasi militer khusus dan menjaga stabilitas di wilayah Timur Ukraina memunculkan kekhawatiran baru, tidak saja bagi Ukraina dan Eropa, tetapi juga negara-negara lain di dunia.
Tidak dapat dipungkiri, konflik (yang mengarah pada perang terbuka) akan memberikan dampak negatif pada sektor ekonomi global.
Ancaman ini semakin nyata jika melihat posisi Rusia dan Ukraina sebagai produsen utama bahan baku produksi seperti minyak, gas alam, dan gandum.
Rusia dan Ukraina
Data dari S&P Global Platts, pemasok minyak mentah terbesar di dunia saat ini adalah Arab Saudi dan Rusia. Keduanya memproduksi minyak mentah dengan kapasitas 10,08 juta barrel per hari.
Jika melihat dari total produksi minyak harian, keduanya mengambil porsi 47,8 persen (masing-masing dengan proporsi 23,9 persen).
Menurut data Kantor Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), sebagian besar dari total ekspor minyak Rusia (5 juta barel per hari) ditujukan untuk pasar Eropa dengan proporsi 48 persen.
Sementara menurut Eurostat, ekspor gas alam Rusia ke Eropa memenuhi kebutuhan gas alam Eropa sebesar 41,1 persen. Sekitar 24 persen lainnya dipasok oleh Norwegia.
Pasokan gas Rusia ke Eropa disalurkan melalui beberapa jalur pipa utama, yaitu: Nord Stream 1, Yamal-Europe dan Brotherhood.
Seiring dengan dihentikannya proses sertifikasi Nord-Stream-2 oleh Jerman, harga gas alam di Eropa mulai menanjak naik.
Ancaman Krisis Baru Akibat Konflik Rusia Vs Ukraina - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment