Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) merosot 4,37% ke level Rp 765 per saham pada hari perdana perdagangannya, Senin (22/11). Walau begitu, harga saham perusahaan berkode MTEL itu berhasil ditutup naik 1,31% ke posisi Rp 775 per saham pada Selasa (23/11).
Padahal, biasanya saham-saham yang baru listing di Bursa Efek Indonesia mencatatkan kenaikan harga yang signifikan pada hari pertama perdagangan. Bahkan, sebagian sering kali terkena auto reject atas (ARA).
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, penurunan MTEL terjadi karena harga intial public offering (IPO) yang sebesar Rp 800 per saham dianggap lebih tinggi dibanding harga rata-rata industri. Penilaian ini dilihat dari price earning ratio (PER) dan rasio EV/EBITDA berdasarkan kinerja keuangan terakhir yang disetahunkan.
"Harga yang ditawarkan MTEL berada di atas rata-rata industrinya yang artinya tergolong mahal," kata Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (23/11).
Hitungannya, EV/EBITDA Mitratel berada di kisaran 15,6 kali-19, 9 kali, sedangkan rata-rata EV/EBITDA industri menara telekomunikasi sebesar 14 kali.
Baca Juga: Setelah IPO, begini strategi Mitratel untuk menggenjot kinerja
Selain itu, penurunan ini terjadi karena sikap wait and see pelaku pasar. Dengan kata lain, investor masih belum optimis terhadap prospek perusahaan ke depannya. "Jadi harganya butuh turun dulu agar bisa dilirik oleh investor," ucap Sukarno.
Sejauh ini, dia menyarankan pelaku pasar untuk wait and see terlebih dahulu. Investor bisa masuk ke saham ini ketika broker-broker sudah mulai akumulasi beli besar-besaran atau tunggu kejelasan arah tren pergerakannya.
Sementara itu, Analis Verdhana Sekuritas Indonesia Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih memasang rekomendasi buy atas MTEL dengan target harga Rp 1.200 per saham. Rekomendasi ini diberikan seiring dengan potensi perkembangan Mitratel ke depannya.
Prospek pertumbuhan sektor menara di Indonesia bakal didorong trafik data yang kuat dan implementasi layanan 5G.
"Peluang pertumbuhan menara dan kelangkaan aset menara berkontribusi pada tren kenaikan valuasi menara," kata kedua analis dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Selasa (23/11).
Menurut kedua analis tersebut, sebesar 57,3% dari total 28.030 menara milik Mitratel berada di luar Jawa dengan rasio kolokasi (tenancy ratio) saat ini 1,39 kali. Rasio tersebut lebih rendah dari tenancy ratio menara di pulau Jawa yang sebesar 1,64 kali.
Kondisi ini memberikan peluang pertumbuhan pada menara-menara Mitratel khususnya yang berada di luar pulau Jawa. Sementara secara keseluruhan, tenancy ratio menara Mitratel adalah sebesar 1,50 kali dengan jumlah tenant yang mencapai 42.016.
Verdhana Sekuritas juga memberikan estimasi, compound annual growth rate (CAGR) laba bersih Mitratel tahun 2021-2023 dapat mencapai 44,8% dengan CAGR pendapatan 10%.
Dibanding perusahaan menara telekomunikasi lainnya, Mitratel memiliki rasio net debt terhadap EBITDA yang paling rendah, yakni 0,98 kali. Kondisi ini membuat Mitratel sangat leluasa untuk melaksanakan berbagai akuisisi di masa mendatang.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Saham Mitratel (MTEL) turun dari harga IPO, ini penjelasan para analis - Investasi Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment