Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), harga obligasi pemerintah, hingga nilai tukar rupiah mengalami depresiasi.
Kemarin, IHSG ditutup di 6.552,89. Berkurang 0,58% dari posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia tampak kurang bergairah. Volume transaksi melibatkan 19,18 miliar unit saham, berbanding rata-rata 19,95 miliar unit sepanjang 2021 (year-to-date/ytd).
Kemudian nilai transaksi tercatat Rp 10,52 triliun, lumayan jauh dibandingkan rerata ytd yang Rp 13,49 triliun. Sementara frekuensi transaksi adalah 1,25 juta kali, padahal rata-rata ytd adalah 1,29 juta kali.
Investor asing masih membukukan beli bersih, tetapi tipis saja di Rp 89,04 miliar. Ini membuat nilai beli bersih investor asing menjadi Rp 39,68 triliun ytd.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun ditutup di 6,229%. Naik tipis 6 basis poin (bps) dari posisi akhir pekan lalu.
Harga dan yield obligasi memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat yield naik, artinya harga Surat Berharga Negara (SBN) sedang turun karena tekanan jual atau minimnya permintaan.
Pasar keuangan Tanah Air yang kurang semarak itu berdampak ke nilai tukar rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Ibu Pertiwi menutup perdagangan pasar spot di Rp 14.245/US$. Melemah 0,56% sekaligus jadi mata uang terlemah di Asia.
Halaman Selanjutnya --> Wall Street Tenang Sebelum Badai Datang
Ada Hantu Bergentayangan di China... Hantu Stagflasi! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment