Rechercher dans ce blog

Sunday, October 31, 2021

Top! Dalam Sebulan Asing Belanja Lebih Rp 1 T di 5 Saham Ini - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik hampir 5%, terdapat 5 besar saham berkapitalisasi pasar jumbo (big cap) yang melesat dengan diiringi aksi borong oleh asing hingga triliunan rupiah dalam sebulan terakhir.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan pasar Jumat (29/10/2021), IHSG melesat 1,03% ke posisi 6.591,346 dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sebulan, IHSG sudah naik 4,84%, sementara sejak awal tahun (year to date/ytd) IHSG melejit 10,23%.

Seiring terapresiasinya IHSG, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 20,93 triliun di pasar reguler dalam sebulan. Adapun secara ytd, nilai beli bersih asing mencapai Rp 40,76 triliun di pasar reguler.


Berikut ini 5 besar saham big cap yang paling banyak diborong oleh investor asing dalam sebulan.

5 Saham Big Cap dengan Nilai Net Buy Asing Tertinggi dalam Sebulan

Kode Ticker

Harga Terakhir

% 1 Bulan

Net Buy Asing (Rp)

BBRI

4250

10.39

7.0 T

BMRI

7175

16.67

3.0 T

BBCA

7475

6.79

2.5 T

ASII

6025

9.55

1.2 T

TLKM

3800

2.98

1.1 T

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 29 Oktober 2021

Apabila menilik daftar di atas, 3 dari 5 saham merupakan emiten bank raksasa. Ketiganya adalah saham bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), saham bank swasta Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan bank pelat merah lainnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Kemudian, 2 sisanya adalah saham emiten Grup Astra PT Astra International Tbk (ASII) dan emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Saham BBRI menjadi yang paling banyak diborong asing, yakni mencapai Rp 7,0 triliun dalam sebulan. Seiring dengan aksi beli asing tersebut, harga saham BBRI melesat 10,39% ke Rp 4.250/saham dalam sebulan belakangan.

Selain soal suksesnya proses penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue BRI senilai Rp 96 triliun pada September lalu, kinerja keuangan yang moncer juga turut mendorong asing untuk memborong saham BBRI dan akhirnya membuat harganya ikut naik.

BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi pada 9 bulan tahun ini atau per September 2021 mencapai Rp 19,07 triliun, naik 34,77% dari periode yang sama tahun lalu Rp 14,15 triliun.

Sementara laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk naik 36,40% menjadi Rp 19,26 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 14,12 triliun.

Di periode yang sama, perusahaan mencatatkan pendapatan bunga bersih secara konsolidasi senilai Rp 19,31 triliun, tumbuh 27,90% YoY.

Di bawah saham BBRI, ada saham bank pelat merah lain BMRI yang juga banyak diborong asing hingga mencapai Rp 3,0 triliun di pasar reguler. Harga saham BMRI pun terkerek naik 16,67% dalam sebulan, terbesar di antara 4 saham big cap lainnya.

Hingga kuartal III 2021 atau per September 2021, Bank Mandiri mampu mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 19,23 triliun, tumbuh 37,1% secara year on year (YoY) dari sebelumnya Rp 14,03 triliun.

Tercatat, hingga kuartal III 2021, laju kredit perseroan secara konsolidasi mampu tumbuh positif sebesar 16,93% YoY menjadi Rp 1.021,6 triliun yang juga diimbangi dengan CASA Ratio Bank Mandiri (bank only) yang meningkat sebesar 7,15% year on year (YoY) yakni di level 74,57%.

Ketiga, saham BBCA yang mencatatkan beli bersih asing Rp 2,5 triliun, diiringi dengan kenaikan harga saham mencapai 6,79% dalam sebulan.

Sebelumnya, pada Rabu (13/10), BCA resmi menetapkan harga baru pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5. Sejurus dengan itu, saham BBCA diborong investor. Pada tanggal yang sama, saham BBCA naik 2,73%.

Lalu, selang sehari kemudian, pada Kamis (14/10), saham BBCA menyentuh level tertinggi sepanjang masa, yakni Rp 7.750/saham. Namun, setelah itu saham BBCA cenderung terkena aksi ambil untung. Dalam sepekan, misalnya, saham ini minus 0,66%.

Terbaru, BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 23,2 triliun pada 9 bulan pertama tahun 2021, atau naik 15,8% YoY dari periode yang sama tahun lalu Rp 20 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) selama 9 bulan pertama tahun 2021 yang tercatat naik 3,3% YoY menjadi Rp42,2 triliun.

Saham ASII dan TLKM pun turut dikoleksi oleh investor asing, yakni masing-masing Rp 1,2 triliun dan Rp 1,1 triliun dalam sebulan. Harga kedua saham tersebut pun sama-sama naik, yaitu 9,55% dan 2,98%.

Kabar teranyar, ASII mencatatkan laba bersih grup mencapai Rp 15,0 triliun di 9 bulan tahun ini atau per September 2021, 7% lebih tinggi dibandingkan dengan 9 bulan pertama tahun 2020 yakni Rp 14,04 triliun, ketika Grup memperoleh keuntungan dari penjualan saham Bank Permata.

Tanpa memperhitungkan keuntungan penjualan saham Bank Permata tersebut, laba bersih grup meningkat 84%, dengan kinerja semua divisi bisnis yang lebih baik.

Pendapatan bersih konsolidasian Grup pada 9 bulan pertama tahun 2021 adalah sebesar Rp 167,4 triliun, naik 28% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Selain soal sentimen rights issue, stock split hingga kinerja keuangan yang moncer, tidak ketinggalan pula, soal efek window dressing yang mulai terasa sejak awal Oktober.

Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan pertama kuartal terakhir sendiri sering diatribusikan kepada aksi beli para investor yang 'curi start' dalam mengoleksi saham-saham unggulan (blue chip) atau berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang biasanya pada akhir tahun terkena efek window dressing.

Window dressing sendiri bisa dibilang sebagai suatu strategi memoles laporan keuangan bagi emiten maupun portofolio yang dimiliki oleh fund manager sehingga terlihat lebih cantik di mata investor.

Window dressing sendiri biasanya terjadi di penghujung tahun. Menurut data olahan Tim Riset CNBC Indonesia, sejak 2001 sampai 2020, IHSG selalu menguat selama Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(adf/adf)

Adblock test (Why?)


Top! Dalam Sebulan Asing Belanja Lebih Rp 1 T di 5 Saham Ini - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Harga Emas Melonjak ke US$ 2.700, Waktunya Investasi atau Tunggu Dulu? - Investor.ID

[unable to retrieve full-text content] Harga Emas Melonjak ke US$ 2.700, Waktunya Investasi atau Tunggu Dulu?    Investor.ID Harga Emas G...