Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel melantai ke bursa saham berpotensi kembali mencetak rekor baru pasar modal dan mengalahkan nilai penawaran umum PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Mitratel berencana menawarkan sebanyak 25,54 miliar saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dengan harga saham ini ditawarkan pada kisaran harga Rp 775-Rp 975/saham. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 19,79 triliun hingga Rp 24,90 triliun dari penawaran umum ini.
Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan mengungkapkan, Mitratel berpotensi menggeser BUKA jika harga IPO mampu di atas Rp 835 per saham dan itu sangat memungkinkan.
Alfred menilai, serapan IPO Mitratel bisa maksimal lantaran dengan berbagai katalis positif, antara lain, pertama investor asing relatif memiliki minat yang besar di emiten sektor telekomunikasi.
Sampai dengan September 2021, tercatat, kepemilikan asing di sektor telekomunikasi mencapai 45,67%. Di emiten operator menara telekomunikasi lainnya seperti di PT Tower Bersama Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) asing masing-masing memiliki porsi kepemilikan sebesar 23,3% dan 35,9%.
"Tingginya minat beli asing di emiten telekomunikasi, kami optimis asing punya minat yang besar dalam IPO Mitratel," kata Alfred kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/10/2021).
Kedua, sejumlah lembaga pengelola dana institusi besar seperti Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan Government of Singapore Investment Corporation termasuk Indonesia Investment Authority (INA) menyatakan minatnya untuk menjadi anchors investor dan akan ikut membantu dalam memasarkan IPO tersebut.
Hal ini seperti ditegaskan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo bahwa Indonesia Investment Authority (INA) ikut dalam 'memasarkan' saham IPO dari Mitratel kepada investor luar, termasuk sejumlah dana abadi alias sovereign wealth fund (SWF) luar negeri.
Alfred menambahkan, secara prospek, industri menara masih berpotensi tumbuh. Hal ini terlihat dari rasio jumlah pengguna dan jumlah menara di Indonesia belum ideal.
Kedua, seiring kondisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauaan membuat peran menara telekomunikasi menjadi penting dalam infrastruktur telekomunikasi.
Ketiga, peralihan kepemilikan menara dari perusahaan operator telekomunikasi kepada perusahaan operator menara, membuat ketergantungan perusahaan telekomunikasi terhadap jasa operator menara semakin kuat.
"Pertumbuhan pengguna dan konsumsi masyarakat Indonesia yang masih besar untuk belanja telekomunikasi, akan terus memacu belanja modal operator telekomunikasi dan salah satu yang terbesar adalah perluasan jaringan," imbuhnya.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps)
Sederet Investor Kakap Bidik IPO Mitratel, Siapa Saja? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment