Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tren digitalisasi begitu masif terjadi di perbankan Indonesia yang terlihat dari data penurunan kantor cabang bank dan melesatnya transaksi digital dan uang elektronik.
Teguh Supangkat, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK, mengatakan ada fenomena penurunan kantor cabang bank dari 2017 hingga Februari tahun ini.
"Ada penurunan jaringan kantor bank dari 2017-Februari 2021 sejumlah 2.563 kantor yang mengalami penurunan [tutup] dan juga ada peningkatan transaksi m-banking dan i-banking naik lebih dari 300% dari 2016-Agustus 2021 termasuk transaksi i-banking yang naik pesat dari 2016-Agustus 2021 naik hampir 50%," katanya dalam acara Launching & Media Briefing terkait Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan OJK, Selasa ini (26/10).
Dia mengatakan yang mengagetkan adalah transaksi uang elektronik (e-money) melesat 4.000% dari Rp 5,28 triliun menjadi Rp 204,9 triliun dalam periode 2015-2020.
"Hal lain yang naik adalah transaksi uang elektronik 2015-2020 melesat 4.000% dari Rp 5,28 triliun jadi Rp 204,9 triliun termasuk peningkatan realisasi layanan perbankan elektronik dan digital."
"Di 2018 ini terdapat realisasi 85, di tahun 2019 ada 112 dan 2020 realisasi 124 layanan perbankan elektronik dan digital. Hal ini meningkatkan number of account dpt sebesar 260 juta di 2018 menjadi 337 juta di 2020, termasuk di sini adalah peningkatan ketersediaan layanan digital on boarding 18 bank yang sediakan layanan digital on boarding tanpa tatap muka langsung.
Dia menjelaskan Indonesia sudah memasuki era baru 4.0 yang ditandai dengan makin meningkatnya konektivitas, interaksi, dan semakin konvergennya manusia, mesin, dan sumber daya lain akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dampaknya mampu mengubah aspek kehidupan manusia.
"Revolusi ini juga membuat bank secara intensif mengkaji ulang model bisnis tradisional dan harus direspons dengan cepat dan efisiensi dengan menawarkan layanan inovatif aman dan sederhana untuk bisa digunakan konsumen dengan baik."
"Pada 2025 Indonesia berpotensi memiliki e-commerce dengan pertumbuhan tertinggi di ASEAN dengan nilai US$ 124 miliar didukung potensi pasar yang besar serta transaksi keuangan digital yang meningkat."
Namun dia mengatakan, berdasarkan kajian yang dilakukan IMF, dengan potensi masifnya digitalisasi, ada kewaspadaan yang perlu ditingkatkan terkait dengan keamanan siber.
"Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan IMF mengenai cyber risk di financial sector, estimasi kerugian rata rata tahunan di keuangan global yang disebabkan serangan siber mencapai US$ 100 miliar, termasuk data BIN [Badan Intelijen Negara[ hingga Juli 2021 ada serangan siber 741,4 juta serangan, hal ini naik 2 kali lipat dibanding seluruh serangan siber yang terdeteksi di 2020 sebanyak 465,3 juta serangan."
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
Astaga! 2.563 Kantor Bank Tutup, E-Money Meroket 4.000% - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment