Setelah Evergrande, giliran pengembang properti asal China, Fantasia Holding mengalami masalah gagal bayar surat utang (obligasi). Fantasia menambah catatan buruk bagi sektor properti China.
Dalam pernyataannya, Fantasia Holding gagal membayar US$205,7 juta atau setara Rp2,9 triliun (kurs Rp14.255 per dolar).
Masalah ini dipicu setelah Country Garden Services Holding menambahkan Fantasia dalam perusahaannya, namun gagal membayar US$107 juta pinjaman.
Kabar ini muncul ketika investor menunggu kabar tentang Evergrande yang dihentikan sementara perdagangan sahamnya pada Senin (4/10). Laporan lainnya menerangkan Hopson Development berencana untuk membeli 51 persen sahamnya.
Fitch Ratings akhirnya menurunkan level Fantasia menjadi "CCC-" yang kemungkinan disebabkan oleh gagal bayar perusahaan.
Walaupun Fantasia dikatakan melewatkan pembayaran sebelumnya kepada pemegang obligasi, namun Fitch mengklaim obligasi tersebut tampaknya tidak diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan.
"Kami percaya obligasi ini menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan lebih ketat dari apa yang kami bayangkan. Lebih lanjut, kejadian ini meragukan transparansi keuangan perusahaan," kata Fitch Ratings, dikutip dari AFP, Selasa (5/10).
Secara terpisah, S&P Global Ratings menurunkan rating perusahaan properti lainnya, Sinic Holdings. Hal ini dikarenakan kemampuan bayar utang perusahaan semakin habis.
Sinic Holdings tidak dapat membayar bunga utang dan mengakibatkan pembayaran utang lainnya semakin dipercepat. Fitch menurunkan rating dari CCC menjadi C dan merefleksikan proses default akan dimulai.
Bos Sinic Zhang Yuanlin bahkan mengalami kerugian hingga lebih dari US$1 juta akibat kekhawatiran pasar terhadap Evergrande. Kekayaan Zhang ambles dari US$1,2 juta menjadi US$250 juta pada September lalu.
(fry/bir)Giliran China Fantasia Gagal Bayar Utang, Susul Evergrande - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment