Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia mencatat di kuartal keempat tahun ini sejumlah emiten masih ramai menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Sektor finansial ramai melakukan penambahan modal seiring mandatori Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menaikkan modal inti dan sebagian untuk ekspansi usaha.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengungkapkan, sampai dengan 4 Oktober 2021, terdapat 40 emiten yang berada di dalam pipeline bursa untuk melaksanakan rights issue.
"Total dana yang diperkirakan akan diperoleh melalui rights issue sebesar Rp 18,91 triliun," kata Nyoman kepada awak media.
Dari jumlah tersebut, terdapat sejumlah emiten yang akan melaksanakan rights issue dengan emisi jumbo di atas Rp 1 triliun. Rinciannya, 6 perusahaan dari sektor financials, 1 perusahaan dari sektor healthcare, 1 perusahaan dari sektor infrastructures, dan 1 perusahaan dari sektor basic materials.
Catatan CNBC Indonesia, salah satu emiten BUMN yang akan melangsungkan rights issue di kuartal keempat tahun ini ialah PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Perseroan berencana menargetkan perolehan dana rights issue sebesar Rp 12 triliun yang di antaranya bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 7,9 triliun dan investor publik Rp 4 triliun.
Sedangkan sisanya dengan nilai rights issue di bawah Rp 1 triliun tersebar di berbagai sektor, yakni 4 perusahaan dari sektor basic materials, 4 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, 4 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals.
Kemudian, 4 perusahaan dari sektor energy, 9 perusahaan dari sektor financials, 1 perusahaan dari sektor healthcare, 1 perusahaan dari sektor industrials, 2 perusahaan dari sektor properties & real estates, 1 perusahaan dari sektor teknologi dan 1 perusahaan dari sektor transportation & logistics.
Besar kemungkinan, sektor keuangan, terutama perbankan ramai melaksanakan penambahan modal seiring dengan kewajiban Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan modal inti minimal sebesar Rp 2 triliun pada tahun ini.
Emiten bank yang terafilasi dengan Grup Salim, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) misalnya, menargetkan akan memperoleh dana sebesar Rp 1,24 triliun dalam gelaran rights issue tahun ini.
Direktur Utama Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu mengungkapkan, proses penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) tersebut masih berlangsung. Pihaknya memperkirakan, tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan akan diperoleh pada akhir Oktober ini.
"Awal November kami raising fund Rp 1,24 triliun. Pemegang saham pengendali sudah punya komitmen mengeksekusi, untuk itu kami rasa tidak ada kendala," katanya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (20/9/2021).
Dalam rights issue ini, emiten bersandi BINA ini berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 282,71 juta saham.
Begitu pula dengan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, yang akan menggelar rights issue dan bakal ada investor baru yang masuk.
Berdasarkan prospektus yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Mega Corpora yang menjadi pemegang saham pengendali BBHI dengan kepemilikan 90%, memiliki opsi untuk dapat mengalihkan HMETD yang menjadi haknya kepada investor tertentu yang memiliki komitmen untuk mendukung permodalan dan kegiatan usaha perseroan.
Sementara itu, di sektor industri, emiten tekstil PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) saat ini juga masih dalam proses perijinan di OJK terkait rencana rights issue yang ditargetkan akan diperoleh efektif pada pekan terakhir Oktober ini.
Direktur Utama SBAT, Jefri Junaedi mengungkapkan, perseroan menargetkan perolehan dana rights issue sebesar Rp 132 miliar. Dana rights issue akan digunakan untuk pembelian 3 set mesin Open-End beserta dengan fasilitas pendukungnya.
"Sisanya akan digunakan oleh Perseroan sebagai modal kerja seperti pembelian bahan baku, pembayaran utilitas, pembayaran tenaga kerja dan pembelian suku cadang," ungkapnya.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps)
Berlomba Tambah Modal, 40 Emiten Rights Issue Rp 18,91 T - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment