Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan kasus infeksi harian Covid-19 di tanah air menjadi katalis positif bagi bursa saham domestik untuk melaju kencang hingga akhir tahun ini.
Pasalnya, sejak awal tahun sampai dengan 26 Agustus 2021, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru menguat 1,32% ke level 6.058,08 poin.
Capaian ini, di kawasan Asia Tenggara hanya lebih baik dari bursa saham Malaysia yang terkoreksi 2,80% dan Filipina yang melemah 4,47%. Namun, kinerja bursa saham Indonesia masih kalah dari bursa Singapura dan Thailand yang menguat 9,32% dan 10,38%.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie WP mengungkapkan, IHSG diproyeksikan memiliki ruang untuk bertumbuh di rentang level 6.100-6.500, menuju akhir tahun ini.
Ada sejumlah sentimen positif yang mendorong kenaikan IHSG, antara lain, semenjak memasuki tahun 2021 ini emiten-emiten telah melakukan penyesuaian kinerja masing-masing perseroan dalam masa pandemi seperti melakukan perbaikan portfolio dan efesiensi.
Menurut dia, hal ini akan mendorong emiten di BEI mengenjot kinerjanya tanpa lagi menunggu kasus Covid-19 ini tuntas, karena memang belum adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir.
"Hal ini juga dirasa bakal menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester II ini, di mana tingkat ekonomi Indonesia sendiri pun sudah mengalami pemulihan dari jurang resesi," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/8/2021).
Selanjutnya, sentimen yang juga dicermati ialah kekhawatiran mengenai efek taper tantrum yang bakal merontokan pasar modal, dan berpotensi menahan laju IHSG.
"Hal ini membuat banyak kalangan investor masih enggan untuk mempertebal invetasinya di pasar modal, walaupun banyak saham-saham terutama bluechip dan dengan kinerja yang baik harganya masih cenderung lesu," bebernya.
Walau begitu, lanjut Frankie, sentimen taper tantrum ini sebenarnya telah lama ramai didengungkan, sehingga banyak kalangan investor bahkan pemerintah sudah memiliki ancang-ancang untuk menghadapi efek ini bila memang akan terjadi terutama di akhir tahun nanti.
"Jadi, IHSG masih memiliki peluang kuat untuk bertumbuh, di tengah sentimen taper tantrum ini," katanya.
Sementara itu, CEO Sucor Sekuritas, Bernardus Wijaya mengungkapkan, risiko tapering The Fed yang rencananya akan dilakukan pada akhir tahun ini dinilai tidak akan berimbas signifikan terhadap bursa saham tanah air.
Pasalnya, menurut Bernardus, komposisi kepemilikan investor asing di bursa saham domestik sudah turun menjadi 45% pada tahun ini dari posisi tahun 2015 yang masih mendominasi di angka 65%.
Selain itu, dari sisi nilai transaksi harian, saat ini investor domestik sudah mendominasi rata-rata nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kepemilikan asing sudah cukup tipis dari 65% di 2015, saat ini berkurang menjadi 45% atau berkurang 20%. Sehingga, dampak tapering tidak akan sesignifikan tahun-tahun sebelumnya, apalagi saat ini investor domestik sudah cukup kuat sebagai penopang transaksi harian maupun kepemilikan," ungkap Bernardus.
Dengan kondisi tersebut, Bernardus optimis IHSG berpeluang mengalami kenaikan di level psikologis 6.600 sampai dengan 6.800 dengan sektor yang akan menopang kenaikan IHSG antara lain keuangan, saham-saham blue chip dan saham di sektor teknologi.
"Saya perkirakan IHSG akan mampu berada di kisaran 6.600 sampai dengan 6.800 dengan sektor yang akan memimpin pergerakan IHSG di akhir tahun adalah sektor finansial, blue chip, dan sektor teknologi yang mana merupakan salah satu yang menarik," imbuhnya.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps)
IHSG Bisa ke 6.500 Gaes, Begini Prediksi Para Analis - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment