Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah kini tengah merevisi Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 49 Tahun 2018 jo No. 13/2019 jo No.16/2019 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap oleh Konsumen PT PLN (Persero).
Salah satu tujuannya yaitu agar masyarakat semakin tertarik memanfaatkan PLTS Atap.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pemerintah menargetkan sebanyak 3.614,9 Mega Watt (MW) atau sekitar 3,6 Giga Watt (GW) PLTS Atap dapat dikembangkan.
Pihaknya pun menargetkan kapasitas 3,6 GW ini bisa tercapai paling cepat pada 2024 atau setidaknya pada 2025 mendatang.
"Target 3,6 GW ini 2025 atau 2024 paling cepat. Bisa jadi demand ke depan lebih besar, kami yakini tidak akan berdampak banyak pada kestabilan sistem," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (27/08/2021).
Adapun salah satu upaya untuk memasifkan PLTS Atap ini yaitu pemerintah mengubah ketentuan batasan ekspor listrik yang bisa dilakukan pelanggan ke PT PLN (Persero) yang semula 65% direvisi menjadi 100%.
"Angka 65% ini dianggap belum menarik, kenapa belum menarik? selama 3,5 tahun dimulai, baru 35 mega watt (MW) (terpasang), nah yang paling simple apa yang bisa dilakukan agar menarik, ya 65% dinaikkan," paparnya.
Perlu diketahui, pada Pasal 6 Permen ESDM No.49 tahun 2018 diatur bahwa "Energi listrik pelanggan PLTS Atap yang diekspor dihitung berdasarkan nilai kWh ekspor yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor dikali 65%."
Adapun kWh ekspor ini adalah jumlah energi listrik yang disalurkan dari sistem instalasi pelanggan PLTS Atap ke sistem jaringan instalasi pelanggan PT PLN (Persero) yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor.
Ekspor listrik ini nantinya digunakan untuk perhitungan energi listrik pelanggan PLTS Atap dan bisa mengurangi tagihan listrik pelanggan setiap bulannya.
Dadan pun tak menampik bila rencana pengembangan PLTS Atap ini akan berdampak pada pengurangan pendapatan PLN. Berdasarkan data yang dipaparkannya, pengembangan PLTS Atap 3,6 GW ini akan berdampak pada pengurangan pendapatan PT PLN (Persero) sebesar Rp 5,7 triliun atau sebesar 2,21% per tahun.
"Ini menggambarkan potensi penerimaan PLN dari ekspor-impor ya," ujarnya.
Adapun target pelanggan 3,6 GW PLTS Atap ini antara lain 6.422 pelanggan golongan sosial, 772.508 pelanggan rumah tangga, 218.229 pelanggan bisnis, 18.224 pelanggan industri, 7.098 pelanggan pemerintah, sehingga totalnya mencapai sekitar 1 juta pelanggan.
Di sisi lain, kata Dadan, ini akan mengurangi penggunaan batu bara sebesar 2,98 juta ton dan menyerap tenaga kerja sebanyak 121.500 orang.
[Gambas:Video CNBC]
(wia)
Bencana buat PLN, PLTS Atap Bikin Pendapatan Rp 5,7 T Hilang! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment