Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mencatatkan beli bersih dalam 3 bulan terakhir hingga perdagangan Rabu kemarin (4/8) mencapai Rp 5,79 triliun di pasar reguler dan membuat indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih positif.
Data perdagangan BEI menunjukkan tren aksi beli bersih asing. Pada perdagangan Rabu kemarin, asing masuk Rp 355 miliar di pasar reguler, sepekan masuk Rp 335 miliar, dan sebulan net buy Rp 2,78 triliun.
Dalam 3 bulan asing membeli Rp 5,79 triliun dan year to date (ytd) masih tercatat asing masuk Rp 6,65 triliun. Ditambah dengan net buy di pasar negosiasi dan tunai, maka year to date hingga saat ini mencapai Rp 15,08 triliun.
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,46% di 6.159 dengan nilai transaksi Rp 14,88 triliun.
Sepekan IHSG naik 1,16%, sebulan naik 1,18%, dan 3 bulan terakhir masih meningkat 3,35%. Sejak awal tahun indeks acuan pasar saham RI ini naik 3,01%.
Lantas dalam 3 bulan terakhir perdagangan, asing koleksi dan lepas saham apa saja?
Top 5 Net Foreign Buy, 3 Bulan
1. Bank Mandiri (BMRI), net buy Rp 1,5 T, saham -3,72% Rp 5.825
2. Telkom Indonesia (TLKM), net buy Rp 1,4 T, saham +6,65% Rp 3.370
3. Astra International (ASII), net buy Rp 1,1 T, saham -11,31% Rp 4.900
4. Bank Central Asia (BBCA), net buy Rp 975 M, saham -4,45% Rp 30.600
5. Merdeka Copper Gold (MDKA), net buy Rp 765 M, saham +17,62% Rp 2.870
Top 5 Net Foreign Sell, 3 Bulan
1. PGN (PGAS) net sell Rp 1,5 T, saham -14,58% Rp 1.025
2. BFI Finance (BFIN) net sell Rp 1,1 T, saham +48,55% Rp 1.025
3. Sarana Menara (TOWR) net sell Rp 701 M, saham +24,89% Rp 1.380
4. Bank BTN (BBTN) net sell Rp 460 M, saham -15,46% Rp 1.340
5. Sumber Alfaria (AMRT) net sell Rp 397 M, saham +49,46% Rp 1.375
Tercatat sejumlah bank kakap dan emiten big cap (berkapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun) masuk menjadi saham buruan asing, kendati harga sahamnya dalam periode 3 bulan itu masih merah.
Lihat saja dari 5 saham yang diburu asing, ada empat berkapitalisasi pasar big cap, yakni Bank Mandiri (BMRI) Rp 272 triliun, Telkom Indonesia (TLKM) Rp 334 triliun, Astra International (ASII) Rp 198 triliun, dan Bank Central Asia (BBCA) Rp 754 triliun dan menjadi yang terbesar di BEI. Sementara Merdeka Copper (MDKA) punya kapitalisasi pasar Rp 66 triliun.
Hanya saja, dari sisi kinerja saham masih terkoreksi khususnya untuk BMRI, ASII, dan BBCA.
CEO Finvesol Consulting, Fendi Susiyanto mengatakan saat ini memang menjadi waktu yang tepat untuk memburu saham-saham berfundamental baik dan masuk big cap dengan harga lebih rendah.
"Strategi perlahan melakukan akumulasi cicil beli, bukan averaging down [sudah punya di harga tinggi, beli lagi di harga rendah] tapi adalah cicil beli semacam installment, kalau bisa setiap bulan masuk. Karena berdasarkan pengalaman dan nilai fundamentalnya memang ini menjadi undervalue [murah]," kata dia dalam program InvesTime CNBC Indonesia.
Menurut dia, saham-saham big caps ini, menurut dia, cepat atau lambat akan berpeluang mengalami kenaikan lebih besar lagi.
Secara fundamental, saham-saham big cap ini masih bagus dan memberikan peluang upside saham bahkan di atas 25% dan ini juga yang membuat saham tersebut layak untuk dipertahankan.
Dia mencontohkan saham BBCA harga saat ini berkisar Rp 29.000/saham. Harga wajarnya ada di Rp 38.700, artinya memiliki upside sampai 30%.
Berikutnya saham TLKM memiliki potensial 34%, dengan harga sekarang Rp 3.240-an dan harga wajar Rp 4.300.
Sedangkan, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) potensinya 40% sebab memiliki harga wajar Rp 5.950 dan saat ini berkisar Rp 4.220-an.
Dia meyakini dengan emiten yang memiliki fundamental bagus memiliki peluang untuk kembali lagi. Namun para investor perlu untuk sabar sebab saham tersebut tidak akan cepat mengalami apresiasi harga.
"Karena apapun yang terjadi kembali kepada harga yang fundamental, akan mengalami potensi kenaikan harga," kata Fendi.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
Belanja Rp 6 T, Simak Deretan 10 Saham Favorit Asing 3 Bulan! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment