Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sedang berfluktuasi sejak pekan lalu, naik turun cukup signifikan tetapi di akhir perdagangan malah mencatat penguatan atau pelemahan tipis-tipis.
Alhasil, harga emas Antam yang diproduksi PT Antam Tbk (ANTM) berada dalam tren menurun sejak pekan lalu. Semakin murahnya harga emas Antam tentunya membuat harapan kembali ke Rp 1 juta/gram makin meredup.
Tetapi jangan berkecil hati dulu, sebab di pekan ini ada bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang bisa membuat harga emas melesat, atau juga bisa membuatnya merosot makin dalam.
Melansir data dari logammulia.com, emas Antam ukuran 1 gram pada Senin kemarin (26/7) turun 0,11% ke Rp 942.000/batang, setelah turun 0,63% sepanjang pekan lalu.
Kali terakhir emas ini menyentuh harga Rp 1 juta pada 9 November lalu, atau nyaris 9 bulan yang lalu. Sementara rekor tertinggi harganya Rp 1.065.000/batang dicapai pada 7 Agustus lalu.
Sementara itu harga emas dunia yang menjadi faktor utama penentu harga emas di dalam negeri masih belum mampu jauh-jauh dari level US% 1.800/troy ons sejak pekan lalu.
The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia bisa jadi membuat harga emas dunia meroket yang akhirnya mengerek emas dunia.
Tetapi ada syaratnya, The Fed menegaskan tidak akan melakukan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) dalam waktu dekat. Akan lebih menguntungkan bagi emas jika The Fed menunjukkan adanya risiko perekonomian AS melambat akibat peningkatan kasus penyakit virus corona.
Eric Nelson, ahli strategi makro di Well Fargo Securities yang berada di New York malah memprediksi The Fed akan menjadi salah satu bank sentral di dunia yang tertinggal atau paling telat dalam melakukan normalisasi kebijakan moneter.
Hal tersebut akan membuat yield obligasi (Treasury) AS makin merosot, dolar AS akan terseret turun, dan emas berpeluang melesat.
Sementara itu secara teknikal, Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, masih bullish terhadap emas. Ia memperkirakan harga emas akan menguji titik resistance d US$ 1.810/troy ons. Jika titik ini tertembus, maka harga kemungkinan naik ke kisaran US$ 1.815-1.825/troy ons.
"Harga emas sudah dua kali bertahan dan tidak menembus titik support US$ 1.795/troy ons. Hanya penembusan di US$ 1.795/troy ons akan membawa harga turun lebih lanjut ke US$ 1.785/troy ons," sebut Wang dalam riset hariannya.
Foto: Reuters
|
Akan tetapi, lanjut Wang, kemungkinan bullish sepertinya lebih tinggi. Meski samar-samar, dia menilai ada kemungkinan harga emas melesat menuju US$ 1.897-1.988/troy ons.
Jika mencapai US$ 1.988/troy ons dari level saat ini di kisaran US$ 1.805/troy ons, artinya terjadi kenaikan sekitar 10%.
Seandainya prediksi Tao tepat, maka harga emas Antam tentunya akan kembali menembus Rp 1 juta/batang untuk satuan 1 gram. Sebab dari posisi saat ini Rp 942.000/batang, emas Antam berjarak 6.16% dari Rp 1 juta.
Tetapi patut waspada jika The Fed malah mengindikasikan akan melakukan tapering dalam waktu dekat. Harga emas berisiko ambrol.
Analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA) memprediksi akan The Fed akan memberikan sinyal waktu tapering sudah dekat, dan akan membuat dolar AS perkasa.
"Kita memperkirakan komite pembuat kebijakan moneter (FOMC) akan menghilangkan kata 'substansial' dari 'kemajuan substansial lebih lanjut' dalam panduan kebijakannya" kaya analis dari CBA Joseph Capurso dalam sebuah catatan kepada nasabahnya, sebagaimana dikutip CNBC International, Senin (26/7/2021).
"Menghilangkan kata 'substansial' akan menjadi sinyal FOMC yakin dalam waktu dekat akan melakukan pengurangan nilai QE, dan pengumuman tapering resmi akan dillakukan di bulan September nanti" tambahnya.
Apa pun prediksi analis mengenai The Fed, akan terjawab pada Kamis dini hari waktu Indonesia, dan harga emas dunia akan merespon setelahnya, selanjutnya diikuti emas Antam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Harga Emas Makin Murah Bunda, Batal ke Rp 1 Juta/gram Nih? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment