JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Dony Oskaria mengungkapkan, sebanyak 20 pesawat sudah di kembalikan perseroan kepada lessor atau pihak penyewa pesawat.
Ini merupakan langkah untuk menyehatkan keuangan maskapai pelat merah itu.
"Termasuk CRJ hari ini, secara total kurang lebih 20 pesawat yang sudah kami kembalikan (ke lessor)," kata Dony dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (21/6/2021).
Baca juga: [POPULER MONEY] Lowongan Kerja BUMN Berdikari | 1.099 Karyawan Garuda Indonesia Ajukan Pensiun Dini
Ia mengatakan, negosiasi dengan pihak lessor terus dilakukan untuk mengurangi beban sewa pesawat yang harus dibayarkan perseroan setiap bulannya, mengingat tak banyak pesawat yang perlu digunakan pada masa pandemi saat ini.
Dony bilang, saat ini Garuda Indonesia tengah bernegosiasi dengan salah satu lessor, dengan harapan sebanyak 7 pesawat bisa dikembalikan.
Garuda Indonesia diketahui memiliki 142 pesawat, yakni sebanyak 136 pesawat dengan status sewa dan 6 pesawat milik perseroan.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Terdiri dari jenis pesawat Boeing 777-300, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600.
Dony mengatakan, pada kondisi pandemi saat ini Garuda Indonesia hanya membutuhkan 41 pesawat untuk beroperasi.
Baca juga: Ini Rute-rute Internasional yang Bakal Ditutup Garuda Indonesia
Artinya maskapai milik negara itu berharap bisa mengembalikan 101 pesawat kepada lessor untuk tak membebani keuangan perseroan.
Ia menjelaskan, permasalahan awal yang harus segera diselesaikan untuk menyehatkan Garuda Indonesia adalah lessor.
Sebanyak 142 pesawat Garuda Indonesia menjadi biaya tetap atau fixed cost yang harus dibayarkan perseroan setiap bulannya sebesar 80 juta dollar AS.
Menurut Dony, beban biaya leasing menjadi yang terbesar yakni 56 juta dollar AS.
Nilai ini bahkan sudah berhasil ditekan dari sebelumnya yang mencapai 75 juta dollar AS per bulan, hasil negosiasi ke lessor di tahun 2020.
Baca juga: Selain Pensiun Dini, Garuda Indonesia Akan Tawarkan Cuti di Luar Tanggungan untuk Karyawan
"Wajib kami bayar yang jadi fixed cost ini dengan total cost yang termasuk di dalamnya adalah leasing cost, MR (maintenance reserve) cost, juga ada maintenance yang harus kami siapkan kurang lebih 80 juta dollar AS per bulan," jelas Dony.
"Tapi kapasitas penumpang yang ada untuk size market hari ini hanya 41 pesawat cukup. Sehingga Garuda Indonesia menanggung 101 pesawat yang sebetulnya hari ini tidak kami perlukan tetapi secara buku kami catat. Selisihnya saja antara kedua ini kurang lebih 40 juta dollar AS sendiri," lanjut dia.
Oleh sebab itu, sebanyak 101 pesawat yang tak menghasilkan pendapatan tersebut harus tetap menjadi tanggungan perseroan setiap bulannya bila tak dilakukan negosiasi segera dengan pihak lessor.
Lewat negosiasi dengan lessor diharapkan bisa mendapatkan tiga opsi, yakni dapat dilakukan early termination atau pengembalian pesawat lebih awal dari kontrak, lease holiday atau penundaan pembayaran sewa pesawat, serta pay by the hour atau membayar sesuai jam penggunaan pesawat.
"Jadi kalau enggak dilakukan langkah apapun (terhadap lessor), pasti akan tetap rugi Rp 1 triliun setiap bulan kalau ini enggak ditutupi," kata dia.
Baca juga: Dirut: 1.099 Karyawan Garuda Indonesia Telah Ajukan Pensiun Dini
Maka dari itu, Dony menekankan, fokus perseroan saat ini adalah menyelesaikan negosiasi dengan para lessor untuk menyehatkan Garuda Indonesia, sebab tak akan bisa jika hanya sekedar pemerintah memberikan suntikan dana melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Apapun penyelesaian yang dilakukan selama kami tidak menutupi ini, meskipun kami diberi PMN pun, artinya akan tetap rugi Rp 1 triliun terus, maka yang harus diobati adalah bagaimana menutup sumber kerugian ini," jelas Dony.
"Ini sudah kami lakukan, tetapi memang proses negosisasi itu enggak mudah. Kami ingin pesawat ini 'maaf kita sudah tidak pakai lagi'. Ini ada 101 pesawat yang kami ingin kembalikan, tetapi dalam proses ini tentu butuh waktu, ini yang sedang bergulir kami lakukan," papar dia.
Sekedar informasi, Garuda Indonesia memang tengah menghadapi krisis keuangan dengan diketahui memiliki utang mencapai Rp 70 triliun dan terus bertambah sekitar Rp 1 triliun setiap bulannya.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, beban biaya Garuda Indonesia mencapai 150 juta dollar AS per bulan, tetapi pendapatan yang dimiliki hanya 50 juta dollar AS.
Baca juga: Prediksi Saham Garuda Indonesia: Tinggal Tunggu Waktu Terjun Bebas ke Harga Rp 50
Artinya perusahaan merugi 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,43 triliun (kurs Rp 14.300 per dollar AS) per bulan.
Sehatkan Keuangan, Garuda Indonesia Terus Dorong Pengembalian Pesawat ke Penyewa Halaman all - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment