Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan membagikan dividen sebesar Rp 835 miliar. Jumlah ini setara 35% dari laba bersih tahun 2020 yang mencapai Rp 2,4 triliun.
Jumlah ini menurun dari porsi pembagian dividen tahun lalu. Tahun lalu, emiten tambang batubara ini membagikan dividen tunai tahun buku 2019 sebanyak Rp 3,65 triliun atau setara 90% dari laba bersih tahun 2019 yang mencapai 4,06 triliun.
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai, penurunan dividen ini tentu tidak terlepas dari penurunan laba bersih PTBA, yang menurun sekitar 40% sepanjang tahun lalu. Hal ini membuat rasio pembayaran (dividend payout ratio/DPR) PTBA mengalami penurunan.
Baca Juga: Porsi dividen menurun, masih menarikkah saham Bukit Asam (PTBA)?
Catherina menilai, penurunan DPR ini memang tidak disangka, karena biasanya PTBA merupakan dividend player dengan DPR mendekati 100% dan yield yang dihasilkan lebih dari 10%. Namun hitungan dia, kali ini yield yang dihasilkan emiten pelat merah tersebut hanya mencapai 2,8%.
“Untuk potensi dividend ke depannya memang kami harapkan bisa mengingkat kembali DPR-nya, namun tentu masih menjadi pertimbangan manajemen dan juga me-review dari performa di kuartal pertama 2021,” terang Catherina kepada Kontan.co.id, Senin (5/4).
MNC Sekuritas masih memasang mode positif terhadap PTBA. Hal ini karena emiten yang berbasis di Sumatra Selatan tersebut menjadi pionir dalam gasifikasi/ hilirisasi batubara.
Catherina menilai, PTBA memang berfokus untuk mengekspansi bisnisnya ke arah hilirisasi dan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel-8. Maka dari itu, PTBA juga telah meningkatkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 3,8 triliun.
MNC Sekuritas masih meninjau ulang rekomendasi dan target harga saham PTBA saat ini. MNC Sekuritas memperkirakan harga batubara tahun ini akan berada di rentang US$ 85 per ton-US$ 90per ton.
Baca Juga: Jadi bos baru Bukit Asam (PTBA), Suryo Eko Hadianto kebut proyek gasifikasi batubara
Catherina mengamini, memang sentiment emas hitam ini masih berasal dari Negara Barat yang sudah mulai tidak menggunakan pembangkit listrik yang menggunakan energi batubara seperti di Amerika Serikat (AS).
Namun, permintaan dari China memang masih menjadi proxy pergerakan harga komoditas tambang ini. Meskipun Negeri Tirai Bambu ini bertujuan untuk menggunakan clean energy pada 2030 akhir, nyatanya lebih dari 50% bauran energi China masih didominasi oleh batubara.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Rasio pembayaran dividen Bukit Asam (PTBA) hanya 35%, begini kata analis - Investasi Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment