Jakarta, CNBC Indonesia - Anjlok parah di awal pekan akibat aksi jual investor asing di tengah risiko hilangnya momentum pertumbuhan ekonomi tahunan di Indonesia menyusul kebijakan larangan mudik, bursa saham nasional sepekan ini anjlok hingga lebih dari 1%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada tiga hari pertama dan baru mengurangi laju koreksi di dua hari terakhir perdagangan. Secara akumulatif, indeks acuan bursa anjlok 1,14% (69,39 poin) dari 6.086,26 pada akhir pekan lalu ke 6.016,864 pada Jumat (24/4/2021).
Setelah koreksi tiga hari beruntun sejak perdagangan pertama pekan ini, IHSG yang terlempar ke level psikologis 5.900 pada Rabu akhirnya menguat pada Kamis setelah pemerintah mengubah nada kebijakannya, dari 'larangan mudik' menjadi 'pengetatan mudik'.
Hal ini wajar saja karena Puasa dan Lebaran secara historis menjadi momentum pendorong konsumsi masyarakat Indonesia. Sebagai negara yang 57% Produk Domestik Brutonya (PDB) berasal dari belanja rumah tangga, naik-turunnya tingkat konsumsi masyarakat bakal menentukan laju pertumbuhan nasional.
Bank Indonesia (BI) dalam beberapa kesempatan menyebutkan rutinitas mudik per tahun membantu perputaran uang hingga Rp 150 triliun ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Kebutuhan uang beredar selalu meningkat menjelang dua momen penting umat Islam tersebut.
Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan sepekan ini indeks yang tertekan terkait dengan larangan mudik dan penurunan konsumsi masyarakat, seperti sektor industri dasar (-3,07%), infrastruktur (-1,51%), perdagangan (-1,68%), dan konsumer (-1,43%).
Nilai perdagangan selama sepekan tercatat menyusut Rp 5 triliun lebih menjadi Rp 43,4 triliun, dengan hanya 77 miliar saham berpindah tangan sebanyak 4,5 juta kali lebih. Investor asing masih membukukan penjualan bersih (net sell), senilai Rp 1,09 triliun.
Masifnya penjualan asing ini terjadi meski imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terus melandai ke level 1,5%. Imbal hasil tinggi di kisaran 1,7% sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan quantitative easing bakal direm, yang memicu capital outflow.
Jika imbal hasil menurun, tetapi capital outflow masih terjadi seperti sepekan ini, maka pemicunya lebih dikarenakan faktor negatif yang berasal dari negara berkembang, seperti di India yang mencatatkan lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini, atau dari Indonesia yang meski kasus Covid-19 melandai tetapi muncul risiko hilangnya momentum Lebaran di perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
IHSG Anjlok Hingga 1%, Asing Cetak Net Sell Rp 1 Triliun - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment