Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mata uang kripto sepanjang pekan ini longsor, sementara aset lindung nilai lainnya menguat seperti obligasi acuan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan emas, yang mengindikasikan pemodal mulai meninggalkan aset lindung nilai digital.
Indeks Bitwise 10, yang merekam pergerakan harga 10 mata uang kripto utama di dunia, tercatat ambrol 14,4% dalam sepekan pada perdagangan Jumat (23/4/2021) menjadi 77,5. Pada Jumat pekan lalu, indeks tersebut berada di level 90,5.
Di dalam indeks Bitwise, bitcoin menyumbang 72,8% dari nilai aset bersihnya diikuti etherum sebesar 20,9%. Sebesar 12% sisanya berasal dari mata uang kripto lain yakni Litecoin, Bitcoin Cash, Chainlink, Stellar, Uniswap, Filecoin, AAVE, dan Cosmos.
Harga Bitcoin sendiri anjlok 15,1% dari US$ 60.863,58 pada hari Sabtu pekan lalu, menjadi US$ 49.254,75 pada sore hari ini (pukul 17:00 WIB). Artinya, dalam sepekan ini harga mata uang kripto terpopuler ini anjlok US$ 11.608/keping, atau setara Rp 168,5 juta.
Posisi harga tersebut kian jauh dari level tertinggi sepanjang masanya pada 13 Maret 2021 sebesar US$ 61.606,06 (Rp 895,6 juta). Sementara itu, Ethereum juga anjlok 5,2% ke level US$ 2.234,56 per unit, setelah pada Sabtu pekan lalu berada di level US$ 2.392,52 /unit.
Koreksi mata uang kripto berlawanan arah dengan harga obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menguat, di mana imbal hasilnya (yang bergerak berlawanan arah dari harga) terus melemah hingga ke level 1,5%, meninggalkan level tertingginya tahun ini sebesar 1,77%.
Pelaku pasar memborong surat utang pemerintah AS di tengah kenaikan kasus Covid-19 di beberapa negara terutama India dan Eropa, untuk melindungi risiko tertundanya pemulihan ekonomi dunia.
Di sisi lain, harga emas dunia juga menguat 0,64% sepekan ini ke level US$ 1.787,75 per troy ons, dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu yang masih sebesar US$ 1.776,31/troy ons.
Para investor semula meyakini bahwa mata uang kripto menjadi aset alternatif untuk melindungi nilai (hedging) kekayaan mereka dari gerusan inflasi. Namun, volatilitasnya sangat tinggi karena suplai yang terbatas dan minimnya basis fundamental yang melandasi naik-turunnya harga.
Namun, koreksi sepekan ini membuktikan bahwa posisi mata uang digital tersebut belum berjalan beriringan dengan aset lindung nilai natural yang memiliki aset dasar riil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
Harga Bitcoin Anjlok 15%, Per Keping Menguap Rp 168 Juta CNBC Indonesia • 5 menit yang lalu - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment