Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang di Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan cukup signifikan pada Kamis (11/7/2024) dan mulai melemah pada hari ini, Jumat (12/7/2024).
Dilansir dari Refinitiv, mata uang Asia mengalami apresiasi kemarin yang dipimpin oleh yen Jepang sebesar 1,78%, kemudian won Korea Selatan sebesar 0,86%, dan baht Thailand naik sebesar 0,66%.
Sementara pada hari ini, Jumat (12/7/2024) mata uang Asia cenderung melemah pada 09:43 WIB. Penurunan terparah ditempati oleh won Korea Selatan sebesar 0,44%, yen Jepang melemah sebesar 0,32%, dan peso Filipina mengalami depresiasi sebesar 0,21%.
Namun mata uang rupiah dan ringgit justru kembali mengalami apresiasi hari ini, masing-masing sebesar 0,31% dan 0,36%.
Di saat yang bersamaan, indeks dolar AS (DXY) kemarin ambles cukup dalam yakni sebesar 0,58% dari 105,05 menjadi 104,44. Namun hari ini mulai mengalami rebound dan sempat kembali bergerak di atas 104,5.
Turunnya DXY kemarin bukan tanpa alasan, mengingat data inflasi AS (Consumer Price Index/CPI) melandai di bawah ekspektasi pasar.
Inflasi AS per Juni 2024 naik sebesar 3% (year on year/yoy), lebih rendah dari 3,3% pada bulan Mei 2024. Laju inflasi lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka 3,1%.
Inflasi (yoy) pada Juni 2024 adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari tiga tahun terakhir.
Laporan inflasi yang lebih baik dari perkiraan semakin memperkuat harapan pemotongan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dapat terjadi lebih cepat dan membantu membuat pinjaman uang menjadi lebih murah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)Yen-Baht Gak Sanggup Tanding Lawan Dolar AS: Rupiah Masih Jaya - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment