Rechercher dans ce blog

Thursday, June 27, 2024

Kabar dari Sri Mulyani & AS Bikin Was-Was: IHSG & Rupiah Semoga Kuat! - CNBC Indonesia

  • Pasar keuangan Indonesia mayoritas ditutup di zona hijau, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall Street mengakhiri perdagangan di zona hijau
  • Data inflasi pengeluaran pribadi warga AS dan kekhawatiran mengenai penurunan pendapatan bisa menjadi sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (27/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merangkak naik dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedikit mengalami apresiasi sementara Surat Berharga Negara (SBN) tampak dijual investor.

Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Jumat (28/6/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang dan agenda hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (26/6/2024), IHSG ditutup di zona hijau di 6.967,9 atau menguat 0,9% dalam sehari. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 6 Juni 2024.

Ada sebanyak 24,33 juta lembar saham yang berpindah tangan hingga 677.575 kali, sehingga total transaksi kemarin mencapai Rp15,11 triliun. Adapun 306 saham menguat, 239 saham turun, sementara sisanya 239 saham cenderung stagnan.

Saham sektor finansial menjadi pendorong utama melonjaknya IHSG kemarin. Kenaikan sektor ini yakni sebesar 1,99% diikuti dengan healthcare sebesar 0,94, dan teknologi 0,57%.

Sedangkan sektor yang mengalami depresiasi yakni basic material 0,27%, real estate sebesar 0,12%, dan industrial 0,04%.

IHSG kembali bergairah di tengah sikap investor yang masih cenderung wait and see terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan arah kebijakan fiskal pemerintahan baru Prabowo-Gibran.

Untuk diketahui, dalam dot plot Juni 2024, The Fed meyakini masih ada harapan untuk pemangkasan suku bunga sebanyak satu kali. Kendati adanya harapan, namun jumlah pemangkasan suku bunga tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dot plot Maret 2024 yang menyatakan terdapat tiga kali penurunan suku bunga.

Sementara dari sisi kebijakan fiskal, sempat beredar kabar bahwa ada potensi jumlah utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) di masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mendekati angka 50% disertai dengan defisit fiskal mendekati 2,8%.

Namun, kabar tersebut dibantah oleh pemerintah melalui konferensi pers yang digelar pada Selasa lalu.

Pada konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, baik pemerintah maupun tim Prabowo menegaskan jika pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk dengan tetap menetapkan ambang defisit maksimal 3% dari PDB serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.

Beralih ke pasar mata uang, rupiah terpantau mengalami apresiasi tipis di hadapan dolar AS sebesar 0,03% ke level Rp16.395/US$ atau sedikit lebih rendah dibandingkan level psikologis Rp16.400/US$.

Sayangnya, meski rupiah mengalami penguatan dalam sehari ini nyatanya masih belum terlalu kuat untuk keluar dari zona terpuruk sejak Pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, belanja subsidi melonjak tiga tahun berturut-turut, penyebabnya ialah pelemahan nilai tukar rupiah dan melonjaknya harga komoditas, seperti minyak mentah.

Sri Mulyani mengatakan, belanja subsidi hingga Mei 2024 telah mencapai Rp77,8 triliun, naik 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp75,1 triliun. Level belanja di atas Rp70 triliun itu telah terjadi sejak 2022 yang sebesar Rp75,4 triliun.

"Kita lihat tiga tahun berturut-turut ini subsidi sampai Mei nilainya cukup besar, yaitu melonjak tinggi dibandingkan 2021 waktu harga minyak belum mencapai kenaikan tinggi," ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN secara daring, Kamis (27/6/2024).

Selanjutnya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami kenaikan dari 7,082% menjadi 7,088%.

Kenaikan imbal hasil ini selaras dengan hari sebelumnya yang juga naik dari 7,067% ke 7,082%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.

Pages

Adblock test (Why?)


Kabar dari Sri Mulyani & AS Bikin Was-Was: IHSG & Rupiah Semoga Kuat! - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Harga Emas Melonjak ke US$ 2.700, Waktunya Investasi atau Tunggu Dulu? - Investor.ID

[unable to retrieve full-text content] Harga Emas Melonjak ke US$ 2.700, Waktunya Investasi atau Tunggu Dulu?    Investor.ID Harga Emas G...