PT Freeport Indonesia (PTFI) tak lama lagi akan mendapatkan perpanjangan kontrak. Dengan perpanjangan kontrak tersebut, PTFI bisa menambang hingga 2061.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, proses perpanjangan kontrak Freeport hampir final. Dia mengatakan, saat ini pihaknya menunggu revisi Peraturan Pemerintah (PP)
"Oh sudah final kok, sudah hampir final, tinggal tunggu PP-nya saja," kata Bahlil di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2024) kemarin.
Bahlil juga menyinggung alasan perpanjangan kontrak tersebut. Dia mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 51% saham Freeport, sementara itu puncak produksi Freeport akan terjadi pada 2035.
"Sekarang puncak produksinya Freeport itu 2035, karena sekarang kan kita mengelolanya underground," kata Bahlil.
Menurut Bahlil, jika setelah 2035 kegiatan eksplorasi tidak dilakukan, maka produksi bisa habis. Di sisi lain, eksplorasi di wilayah tambang bawah tanah membutuhkan waktu 10-15 tahun.
"Begitu 2035, tidak kita melakukan eksplorasi itu produksinya habis, dan untuk eksplorasi di underground butuh waktu 10 tahun sampai 15 tahun," katanya.
"Jadi kalau kita tidak melakukan perpanjangan sekarang untuk mereka melakukan eksplorasi maka siap-siap saja 2040 itu Freeport nggak operasi," sambungnya.
Menurutnya, perpanjangan kontrak ini bukanlah sebuah masalah. Hal ini mengingat, mayoritas saham Freeport milik Indonesia. Di sisi lain, ada opsi penambahan 10%.
Sebagai tambahan, kontrak Freeport sejatinya baru habis pada 2041. Freeport akan mendapat perpanjangan kontrak 20 tahun hingga 2061.
"Kedua ini sudah milik kita. Ini milik kita ko, barang-barang untuk kita masa nggak boleh. Dan ini ada opportunity, ada opsi penambahan saham 10% dengan harga yang sangat murah dan murah sekali," katanya.
Pada kesempatan itu, Bahlil juga mengatakan, smelter Freeport di Gresik ditargetkan beroperasi Mei atau Juni 2024. Freeport menanamkan modal US$ 3,1 miliar atau Rp 48 triliun untuk proyek ini.
Menurut Bahlil, selama ini Freeport hanya mengekspor konsentrat tembaga ke luar negeri. Setelah ada smelter ini, maka konsentrat tersebut bisa diolah di Indonesia. Sebagai informasi, turunan dari konsentrat bukan sebatas tembaga tapi juga emas, lithium, hingga katoda.
"Kalau ekspor konsentrat, turunan daripada konsentrat itu kan tidak hanya tembaga, ada emas, ada lithium, katoda, dan macam-macam. Sekarang dengan pabrik Freeport US$ 3 miliar, semuanya diolah di Indonesia, start Mei Juni," katanya.
(acd/ara)Rencana Freeport Nambang di Papua sampai 2061 Bakal Mulus - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment