- Pasar keuangan Tanah Air kemarin merana, di tengah berlanjutnya sidang sengketa Pemilu 2024.
- Wall Street secara mayoritas ditutup melemah, karena investor menanti rilis data tenaga kerja AS terbaru pada pekan ini
- Sengketa pilpres di MK, data inflasi PCE, klaim pengangguran mingguan AS, dan pidato beberapa pejabat The Fed akan dipantau oleh pasar pada hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kembali berjatuhan pada perdagangan Senin (1/4/2024) kemarin di tengah memanasnya sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi(MK).
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih volatile karena pergerakan nilai tukar rupiah dan sentimen pasar yang lebih mengarah ke negatif. Selengkapnya mengenai sentien pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (1/4/2024), ditutup ambles 1,15% ke posisi 7.205,06. IHSG pun sempat menyentuh level psikologis 7.100, sebelum akhirnya berhasil memangkas koreksinya dan bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 11 triliun, dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 167 saham naik, 455 saham terkoreksi dan 167 saham sideways.
Investor asing mencatatkan kembali penjualan bersih (net sell) kemarin, bahkan nilainya cukup besar yakni hingga mencapai Rp 1,54 triliun di pasar reguler.
Beberapa sektor menjadi penekan IHSG kemarin, dengan sektor keuangan menjadi yang paling memberatkan indeks hingga mencapai 2,7 indeks poin. Selain keuangan, ada sektor transportasi, kesehatan, teknologi, dan konsumer primer.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat kemarin, dengan indeks Shanghai Composite China menjadi juaranya yakni melesat 1,19%.
Adapun IHSG menjadi yang terburuk kedua dari tiga bursa saham yang terkoreksi kemarin. Sedangkan yang terparah yakni indeks Nikkei 225 Jepang yang ambruk 1,4%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.885/US$ di pasar spot, melemah 0,22% di hadapan dolar AS. Ini menandakan bahwa rupiah semakin mendekati level psikologis Rp 15.900/US$.
Berikut pergerakan rupiah pada perdagangan Senin kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya berbalik menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang berbalik menurun.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 3 basis poin (bp) menjadi 6,7%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang mengoleksi SBN.
Beberapa pengamat pun menilai penyebab ambruknya IHSG dan rupiah kemarin. Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, pelemahan rupiah masih didominasi oleh sentimen global. Selain itu,faktor lainnya yakni pembayaran dividen, pembayaran utang, dan impor minyak.
Sebagai informasi, di momen lebaran pada April 2024 ini, masyarakat cenderung kembali ke kampung halaman atau pun berwisata yang tentu akan memerlukan BBM dalam mobilitas. Maka dari itu, permintaan akan BBM akan naik atau dengan kata lain impor minyak akan melonjak.
Sementara menurut Myrdal Gunarto, Ekonom Bank Maybank Indonesia, pergerakan rupiah tersebut dipicu oleh permintaan tinggi dolar AS di dalam negeri. Mulai dari untuk kebutuhan impor BBM jelang Lebaran atau Idul Fitri 2024 hingga musim pembagian dividen.
"Yang membuat Rupiah melemah karena permintaan dolar tinggi untuk impor BBM, maupun hot money outflow, serta permintaan dolar domestik meningkat saat ada musim pembagian dividen," kata Myrdal kepada CNBC Indonesia, Senin (1/4/2024).
Kendati rupiah nyaris menyentuh level Rp16.000/US$, namun Myrdal meyakini rupiah tidak akan ambles ke area tersebut,karena stabilitas eksternal Indonesia masih terjaga, hingga suku bunga acuan BI Rate masih stabil di level tinggi.
Adapun menurut Rully Wisnubroto, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia, faktor pendorong pelemahan rupiah utamanya yakni dari eksternal khususnya datang dari AS.
Ketua The Fed, Jerome Powell memberi sinyal tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga. Oleh karena itu, higher for longer masih akan berlangsung untuk beberapa waktu ke depan.
Bahkan menurutnya, pergerakan rupiah dan IHSG kemarin saling terikat, sehingga keduanya pun terkoreksi parah kemarin. Sementara menurut Barra Kukuh Mamia, Ekonom Senior Bank Central Asia, koreksi IHSG disebabkan karena pelemahan rupiah.
Beberapa faktor yang mendorong pelemahan rupiah adalah turunnya surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang kuartal pertama 2024 menjadi US$ 1,8 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 3miliar per bulan.
Selain itu, terbatasnya arus modal asing masuk ke obligasi pemerintah juga mendorong pelemahan rupiah dan pada akhirnya IHSG mengikuti. Antisipasi libur panjang lebaran juga mendorong permintaan dolar yang tinggi, membuat rupiah pun merana.
IHSG-Rupiah Terancam Rontok Lagi Oleh Panasnya Sidang MK- Info dari AS - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment