Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja nilai tukar rupiah masih belum menggembirakan meski Bank Indonesia (BI) sudah mengerek suku bunga pekan ini.
Pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (26/4/2024), rupiah ditutup di posisi Rp 16.205 atau melemah 0,12%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif rupiah menjadi dua hari beruntun.
Kendati menguat, nilai tukar rupiah masih melemah 0,28% dalam sepekan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan penguatan 2,59% pada pekan sebelumnya.
Pelemahan rupiah dipicu beberapa faktor mulai dari pesimisme pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), ketegangan geopolitik, dan kaburnya dana asing.
Pasar semakin pesimis mengenai pemangkasan suku bunga di AS setelah data terbaru pengeluaran pribadi warga AS atau Personal Consumption Expenditures (PCE) masih kencang.
Kondisi ini membuat investor memilih kabur dari Emerging Markets, seperti Indonesia, dan kembali membeli aset berdenominasi dolar AS. Indeks dolar menguat ke 105,938 dan masih bergerak di kisaran 106 yang menjadi tertinggi dalam lima bulan terakhir.
AS mengumumkan laju PCE buanan (month to month/mtm) stagnan di 0,3% tetapi secara tahunan (year on year/yoy) meningkat 2,7% pada Maret 2024.
PCE inti stagnan di 2,8% (yoy) pada Maret 2024. Kondisi ini menandai masih membandelnya inflasi AS sehingga bisa menghalangi The Fed memangkas suku bunga.
Pada beberapa kesempatan sebelumnya, pejabat The Fed termasuk Chairman The Fed Jerome Powell mengindikasikan pemangkasan masih lama. Pasalnya, inflasi AS masih kencang.
Data PCE adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Selain The Fed, nilai tukar rupiah juga jeblok karena derasnya capital outflow.
Data Bank Indonesia berdasarkan transaksi 22-25 April menunjukkan investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 2,47 triliun. Net sell terdiri dari jual neto Rp2,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,34 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Asing terus menerus meninggalkan pasar keuangan Indonesia dan mencatat net sell selama lima pekan beruntun. Investor asing tetap kabur dan membuat rupiah ambruk meskipun Bank Indonesia (BI) sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rabu (24/4/2024).
Pelemahan mata uang asing tidak hanya terjadi pada rupiah. Hampir seluruh mata uang Asia ambruk pada pekan ini. Pelemahan terbesar terjadi pada yen Jepang yakni sebesar 2,34% disusul dengan Bah Thailand sebesar 0,43%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
AS Buat Yen Hingga Rupiah Ambruk Berjamaah, Siapa Terburuk? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment