Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar spot dibuka lebih tinggi pada awal perdagangan pagi ini, setelah terkoreksi dalam pada perdagangan sebelumnya. Logam mulia tersebut juga menunjukkan penguatan secara mingguan didorong aksi dovishnya The Federal Reverse (The Fed).
Namun demikian, pada perdagangan Jumat (15/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup anjok 0,85% di posisi US$ 2018,19 per troy ons.
Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Senin (18/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,10% di posisi US$ 2020,17 per troy ons.
Harga emas turun pada perdagangan Jumat, namun tetap mengalami kenaikan mingguan sebesar 0,74% karena The Federal Reserve (The Fed) beralih ke sikap dovish dan memproyeksikan suku bunga yang lebih rendah pada tahun depan.
"Pasar emas akan terus mencerminkan ekspektasi The Fed," ujar Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins, dilansir dari Reuters.
"Jika perekonomian AS tidak membaik pada awal tahun 2024 maka itu adalah tanda yang sangat kuat bahwa emas akan terus mencapai titik tertinggi sepanjang masa," tambahnya.
Awal pekan ini, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pengetatan kebijakan moneter yang berkepanjangan kemungkinan akan berakhir karena diskusi mengenai biaya pinjaman yang lebih rendah mulai terlihat, sebuah pandangan yang diafirmasi oleh 17 dari 19 pengambil kebijakan.
Pasar melihat peluang 70% penurunan suku bunga pada bulan Maret 2024, berdasarkan alat CME FedWatch.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Namun, Presiden The Fed New York John Williams menolak ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga.
"Jika lebih banyak pejabat The Fed menarik kembali komentar Powell di FOMC sebelum Natal, maka kita bisa melihat koreksi yang lebih dalam pada harga emas, namun hal ini akan membuat pasar lebih berhati-hati," ujar Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York.
Indeks dolar menguat 0,58 di level 102,55 pada perdagangan Jumat (15/12/2023), tetapi menuju penurunan mingguan sebesar 1,46%. Hal ini membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun mencatat minggu terburuk sejak bulan Maret dengan berakhir di level 3,93% pada perdagangan Jumat (15/12/2023).
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.
CNBC Indonesia Research
[Gambas:Video CNBC]
Bos The Fed Tolak Ekspektasi Pasar, Harga Emas Rehat Dulu - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment