TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki cadangan komoditas nikel terbesar, di mana setara dengan 23 persen cadangan di dunia. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki sumber daya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan jumlah cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif, mengatakan bahwa untuk produksi nikel kelas 2, seperti nikel pig iron (NPI) dan feronikel umurnya diperkirakan sekitar 6 sampai 11 tahun. Akan tetapi, kalau baterai nikel kelas 1, umurnya masih berkisar antara 25 sampai 112 tahun.
"Kalau kita lihat sekarang cadangan 5,2 miliar ton ya kira-kira hampir sama jumlahnya antara yang saprolit dengan limonite kemudian sumber dayanya sekitar 17 miliar ton, nah sumber daya inilah yang harus kita alihkan menjadi cadangan dan diperlukan upaya eksplorasi detail," ujar Irwandi dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 20 Oktober 2023.
Untuk meningkatkan jumlah cadangan, kata Irwandy, diperlukan eksplorasi wilayah greenfield yang diperkirakan mengandung nikel. Menurutnya, peluang ini masih sangat terbuka bagi yang akan melakukan kegiatan penambangan nikel di Indonesia.
"Jadi sebenarnya umur (nikel) tadi dan jumlah cadangan dan sumber daya akan bertambah kalau tingkat eksplorasi ini kita giatkan. Nah, tentu diperlukan investasi yang tidak sedikit. Ini yang perlu diupayakan untuk meningkatkan cadangan yang ada," tuturnya.
Guna memperpanjang umur nikel, perlu dikurangi laju konsumsi bijih nikel. Termasuk memikirkan bagaimana produk NPI dan feronikel dapat diproses sebagai industrialisasi menjadi stainless steel.
Untuk memberikan dorongan bagi pihak yang sudah memiliki teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), produksi NPI dan feronikel diupayakan untuk terus ke arah stainless steel untuk mengurangi konsumsi biji nikel di hulu. “Ini menjadi sangat penting untuk keseimbangan supply chain dari nikel kita,” kata Irwandy.
Lebih lanjut, Kementerian ESDM mencatat beberapa wilayah yang memiliki kandungan nikel, namun belum dieksplorasi (greenfield). Wilayah tersebut tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Berdasarkan Booklet Tambang Nikel 2020, peta sebaran lokasi sumber daya dan cadangan nikel diluar wilayah IUP/KK nikel di Pulau Sulawesi tahun 2020, menunjukkan Sulawesi Tenggara 77 persen wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dengan potensi cadangan 2,6 milyar ton.
Sementara di Maluku, 43 persen wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dan cadangan 1,4 miliar ton, sedangkan untuk Papua data potensi investasi lebih menarik lagi, potensi cadangan 0,06 miliar ton dengan wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP sebesar 98 persen.
Melihat wilayah-wilayah greenfield nikel yang masih luas dan menjanjikan ini, Stafsus Menteri ESDM itu mengatakan Indonesia merupakan pilihan yang menarik untuk dilakukan pengembangan investasi pada sektor pertambangan nikel.
Pilihan Editor: Program Hilirisasi Nikel Dianggap Gagal, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden: Tidak Sim Salabim Langsung Jadi
RI Punya Nikel 17,7 Miliar Ton Bijih, ESDM: Bakal Memikat Investor - Bisnis Tempo.co
Read More
No comments:
Post a Comment