Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah hari ini, Rabu (8/2/2023), dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, mengingat ekonomi Indonesia dalam kondisi yang stabil dan sehat.
Data Refinitiv per pukul 10.09 WIB, Rabu (2/8/2023), menunjukkan rupiah bergerak ke level Rp 15.167 per dolar AS atau melemah 0,38% dari level penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 15.110 per dolar AS. Pada saat pembukaan perdagangan, rupiah telah berada di level Rp 15.130 per dolar AS.
Pelemahan saat pembukaan perdagangan itu telah mencapai 0,13%. Posisi rupiah terhadap dolar AS saat pembukaan perdagangan hari ini juga menjadi yang terendah sejak 11 Juli 2023 atau 16 hari terakhir. Pelemahan ini melanjutkan tren kemarin yang juga melemah sebesar 0,23% ke Rp 15.110/US$1.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengungkapkan, pelemahan tidak hanya terjadi pada rupiah. Mata uang Asia secara umum mengalami pelemahan minggu ini. Menurutnya, pelemahan mata uang won, ringgit dan yen serta yuan bahkan lebih dalam dari rupiah pada pekan ini.
Won tercatat melemah 1,55%, ringgit 0,73%, yen 0,70% dan renminbi 0,64%. Sementara itu, rupiah melemah 0,57% selama sepekan ini. Pada hari ini, pelemahan rupiah masih lebih baik dari bath dan won yang melemah masing-masing 0,57% dan 0,72%.
"Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah pelaku pasar tetap mencermati kemungkinan kenaikan kembali Fed Fun Rate di FOMC September," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/8/2023).
Kemudian, BI melihat isu perlambatan ekonomi China juga tetap menjadi cermatan pelaku pasar dan kebijakan Bank of Japan (BoJ) yang kembali melonggarkan band YCC (yield curve control).
Adapun, terkait dengan sentimen Fitch, BI memandang hal ini sebagai anomali.
"Untuk hari ini ada hal yang sedikit unik, atau sebut saja kami melihatnya agak anomali yaitu terkait Fitch yang mendowngrade credit rating US, kenapa anomali?," ungkapnya.
"Sebetulnya beberapa tahun lalu S&P juga pernah menurunkan rating US dan pada saat itu dampak terhadap USD mengalami pelemahan. Namun penurunan rating dari Fitch, plus ditambah kondisi pasar tenaga kerja US yang agak melonggar, USD pagi ini malah menguat terhadap seluruh mata uang Asia," jelas Edi.
Oleh karena itu, BI akan terus mencermati hal ini. BI berharap sentimen ini lebih bersifat temporer.
Meskipun rupiah melemah, Edi menuturkan pasokan dan permintaan valas di pasar domestik masih terkendali. "BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kekuatan BI Jaga Stabilitas Rupiah Hadapi Krisis Bank di AS
(haa/haa)
BI Bongkar Biang Kerok Jatuhnya Rupiah, Ada Faktor China & AS - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment