Keputusan India melarang ekspor beras putih non-basmati dalam upaya menangkal lonjakan harga domestik berpotensi membuat harga beras di Indonesia melonjak mengingat India adalah negara pengimpor beras terbanyak ke Indonesia.
Hujan lebat telah merusak panen di India dan harga beras naik lebih dari 11% selama 12 bulan terakhir.
Beras putih non-basmati saat ini menyumbang sekitar seperempat dari seluruh ekspor beras India, kata Kementerian Urusan Konsumen saat mengumumkan perubahan kebijakan tersebut.
India adalah pengekspor beras terbesar di dunia, berkontribusi pada lebih dari 40% pengiriman global. Beras non-basmati utamanya diekspor ke negara-negara di Asia dan Afrika.
Tahun lalu, pemerintah India mengenakan pajak ekspor 20% untuk mencoba mencegah penjualan asing. Kebijakan ini juga membatasi pengiriman gandum dan gula.
Pemerintah India mengatakan bahwa petani masih dapat mengekspor beras jenis lain, termasuk beras basmati berbiji panjang sehingga para petani "mendapatkan profit dari harga yang menguntungkan di pasar internasional".
India juga akan mempertimbangkan permintaan untuk mengizinkan pengiriman ke negara lain berdasarkan kebutuhan ketahanan pangan, kata Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri.
Cuaca buruk berpengaruh
Cuaca buruk telah merusak panen di sejumlah negara bagian di kawasan utara India sehingga harga beragam komoditas - termasuk tomat dan bawang - meningkat tajam.
Harga sayuran melonjak 12% dari Mei hingga Juni, berkontribusi pada kenaikan biaya hidup. Hal ini mendorong inflasi naik menjadi 4,8% bulan lalu, yang lebih tinggi dari prediksi semula, akibat kenaikan biaya makanan.
Peningkatan biaya hidup telah memberikan tekanan politik pada pemerintah di India, menjelang pemilihan umum tahun depan. Negara ini juga akan menggelar pemilihan tingkat negara bagian dalam beberapa bulan mendatang.
Baca juga:
Devinder Sharma, seorang ahli kebijakan pertanian di India, mengatakan pemerintah sedang mencoba mengantisipasi kekurangan produksi mengingat daerah-daerah penanaman padi di bagian selatan juga terkena risiko hujan kering akibat pola cuaca El Nino akhir tahun ini.
"Pemerintah mengambil pendekatan yang sangat, sangat hati-hati," katanya.
Harga pangan global dan Indonesia
"Wajar untuk mengatakan ini akan berdampak cukup besar pada harga pangan global," kata Emma Wall, kepala analisis dan penelitian investasi di Hargreaves Lansdown.
Apa dampaknya untuk Indonesia?
Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, mengatakan kebijakan India tentu juga akan berdampak ke Indonesia.
Menurutnya, kebijakan India merupakan rangkaian kebijakan lanjutan dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, India juga mengenakan bea keluar 20% untuk beras patahan.
"Rangkaian kebijakan ini tentu berdampak ke pasar beras di pasar dunia. Jika Vietnam memberlakukan hal serupa, harga beras kemungkinan akan terkerek naik," terang Khudori kepada Kontan.co.id, Kamis (20/7).
Menurut Khudori, seharusnya Indonesia tidak perlu khawatir tatkala pemerintah telah menjalin kontrak beli satu juta ton beras dengan India dan mendatangkannya saat Indonesia sewaktu-waktu membutuhkan.
Dengan kepastian kontrak tersebut, menjadi salah satu antisipasi jika El-Nino berdampak besar terhadap penurunan produksi beras dalam negeri.
Baca juga:
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 429.207 ton sepanjang 2022, meningkat 5% dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2022 India menjadi negara asal impor beras terbesar dengan jumlah 178.533,6 ton.
Posisi berikutnya diduduki Pakistan (84.407 ton), Vietnam (81.828 ton), dan Thailand (80.182,5 ton).
Presiden Jokowi menyatakan impor harus dilakukan dengan cepat, karena tahun ini ada potensi El Nino yang bisa mengganggu produksi beras.
"Jangan sampai, nanti pas sudah musim kering panjang kita bingung mau beli beras, karena barangnya enggak ada," kata Jokowi, disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, 6 April lalu.
India larang ekspor beras, harga di Indonesia akan 'terkerek naik' - BBC News Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment