Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah rencana Pemerintah Indonesia untuk menghentikan ekspor gas, ternyata ekspor gas Indonesia saat ini bisa dikatakan masih cukup besar.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan bahwa ekspor gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) Indonesia saat ini masih lebih besar dibandingkan penjualan LNG ke dalam negeri.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi menyebut, realisasi produksi LNG dalam negeri sampai dengan Semester 1 2023 mencapai 100 standar kargo, terdiri dari 56,1 kargo dari Kilang LNG Tangguh dan 44,7 kargo dari Kilang LNG Bontang.
Dari jumlah produksi tersebut, sebesar 71,3 kargo dialokasikan untuk ekspor, sedangkan sisanya sekitar 30 kargo dijual untuk kebutuhan domestik.
"71,3 kargo diekspor dan jatah LNG untuk domestik sekitar 30 kargo," jelas Kurnia dalam Konferensi Pers, Selasa (18/7/2023).
Namun demikian, dalam konteks keseluruhan pemanfaatan gas, tak hanya LNG namun juga gas pipa, Kurnia menyebutkan bahwa alokasi gas untuk domestik masih mendominasi, yakni sebesar 65%, sedangkan alokasi untuk ekspor sebesar 35%.
Perlu diketahui, realisasi salur gas pada Semester I 2023 baru sebesar 5.308 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 86% dari target dalam APBN 2023 sebesar 6.160 MMSCFD.
"Secara keseluruhan pemanfaatan gas 65% untuk domestik, jadi 35% ekspor, terdiri dari pipa dan LNG," papar Kurnia.
Dengan begitu, Kurnia mengatakan bahwa saat ini pemerintah masih mengutamakan pemanfaatan gas untuk kepentingan domestik.
"Kita ingin sampaikan kebijakan pemerintah masih tetap mengutamakan pemanfaatan domestik," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah bakal menghentikan ekspor gas demi mendukung operasional industri petrokimia yang akan dikembangkan di dalam negeri. Mengingat, impor bahan baku industri petrokimia di dalam negeri tiap tahunnya masih cukup tinggi.
Menurut Luhut, ide kebijakan larangan ekspor gas tersebut muncul setelah pihaknya melakukan kajian internal bersama Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi.
"Kita setelah hitung-hitung dengan tim Jodi Cs, kita mungkin akan sarankan kita gak akan ekspor gas lagi ke luar. Kita bikin downstreaming-nya petrokimia," kata Luhut dalam acara Economic Update 2023 CNBC Indonesia, Senin (10/7/2023).
Oleh sebab itu, ia pun berharap agar harga gas di dalam negeri dapat ditekan lagi menjadi US$ 5 per Million British Thermal Unit (MMBTU). Adapun saat ini pemerintah menetapkan harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk tujuh bidang industri di level US$ 6 per MMBTU.
"Kita ketemu gas di Masela kemudian di Warim itu bisa hampir dua kali Masela bisa juga kita ketemu cadangan minyak yang mungkin diduga 27 miliar barel. Jadi kaya sekali negerimu ini. Ngapain ribut-ribut," kata dia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kabar Baik, Kilang Gas Bontang yang Sekarat Bisa Hidup Lagi!
(wia)
Boro-Boro Disetop, Ternyata Segini Ekspor Gas RI - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment