Jakarta, CNBC Indonesia - Permasalahan masih terus membelit Credit Suisse. Setelah sebelumnya perusahaan perbankan itu sempat di ambang kolaps, kali ini skandal mulai menghampiri bank itu.
Dikutip CNBC International, Kamis, (30/3/2023), Credit Suisse disebut-sebut telah menyediakan tempat yang aman bagi klien Amerika yang kaya untuk menyembunyikan aset dari lembaga pemungut pajak Amerika Serikat (AS), Layanan Pendapatan Internal (IRS). Ini dilakukan untuk membantu klien menghindari pajak
Credit Suisse pernah mengalami tudingan serupa pada 2014 lalu. Saat itu, bank tersebut menyetujui sejumlah reformasi, termasuk mengungkapkan kegiatan lintas batasnya dan bekerja sama dengan pihak berwenang ketika mereka meminta informasi.
"Bank yang sekarang bermasalah tampaknya telah melanggar perjanjian itu," menurut sebuah laporan baru oleh Komite Keuangan Senat.
Laporan tersebut, yang dirilis Rabu, merinci temuan investigasi panel selama dua tahun terjadi saat krisis perbankan membayangi. Credit Suisse baru-baru ini bahkan telah diakuisisi oleh saingannya, UBS Group, senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340).
Terkait potensi kerugian, belum jelas seberapa besar potensi pertanggungjawaban UBS sebagai akibat dari laporan tersebut. Tetapi seorang pengacara pelapor berpendapat bahwa bank itu kemungkinan harus membayar sebanyak US$ 1,3 miliar (Rp 19,5 triliun).
Ketua Komite Keuangan Senat Ron Wyden, mengatakan komitenya baru saja menerima informasi baru minggu ini dari Credit Suisse tentang tambahan rekening asal AS yang dirahasiakan namun dimiliki bank tersebut setelah 2014.
"Ini masih berlangsung hingga beberapa hari terakhir - bahkan lebih banyak uang ditemukan telah disembunyikan dan ada masalah yang sangat substansial di sini," kata Wyden.
Seorang asisten Komite Keuangan meyakini bahwa karyawan Credit Suisse membantu dan bersekongkol dengan skema penggelapan pajak kriminal besar. Penyelidik senat mengatakan mereka menemukan bahwa Credit Suisse memungkinkan sebanyak 25 keluarga AS menyembunyikan kekayaan senilai lebih dari US$ 700 juta (Rp 10,5 triliun) di bank itu.
"Sampai saat ini, tidak ada karyawan Credit Suisse yang terlibat dalam skema tersebut yang menghadapi konsekuensi apa pun dari pemerintah AS atas partisipasi mereka. Mereka pikir mereka bisa lolos begitu saja, dan sebagian besar berhasil," ujar asisten itu.
"Ini bukan pertanyaan apakah bank Swiss terus melakukan ini, ini pertanyaan bank Swiss mana yang masih melakukan ini."
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Credit Suisse Gonjang Ganjing Lagi, Ada Apa?
(sef/sef)
"Badai" Bank Belum Berlalu, Skandal Baru Credit Suisse - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment