Rechercher dans ce blog

Tuesday, January 10, 2023

Duh, Saham 4 Bank Raksasa Ini Ambles Terus! Layak Serok? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan berkapitalisasi pasar terbesar (big bank) terpantau kembali melemah pada perdagangan sesi I Selasa (10/1/2023) dan turut memperberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Hingga pukul 09:20 WIB, empat saham 'big bank' terpantau terkoreksi hingga 2% lebih.

Berikut pergerakan empat saham big bank pada perdagangan sesi I hari ini.

Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Mandiri BMRI 9.500 -2,31%
Bank Rakyat Indonesia BBRI 4.530 -1,31%
Bank Central Asia BBCA 8.375 -0,89%
Bank Negara Indonesia BBNI 8.975 -0,28%

Sumber: RTI

Saham PT Bank Mandiri Tbk (BBRI) kembali memimpin koreksi yakni ambruk 2,31% ke posisi Rp 9.500/unit. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berada diurutan kedua, yakni ambles 1,31% menjadi Rp 4.530/unit.

Sementara untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 0,89% menjadi Rp 8.375/unit.

Bahkan, saham BMRI, BBRI, dan BBCA juga menjadi pemberat IHSG pada pagi hari ini. Saham BMRI turut membebani IHSG hingga 11,88 indeks poin, sedangkan saham BBRI memberatkan indeks sebesar 7,46 indeks poin, dan saham BBCA sebesar 7,16 indeks poin.

Saham big bank kembali merana karena kondisi global yang masih dilanda ketidakpastian.

Pasar masih akan cenderung mencerna data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP) dan unemployment rate atau tingkat pengangguran yang dipublikasikan Jumat lalu. Data NFP AS per Desember 2022 naik 223.000, dari sebelumnya pada November 2022 sebesar 256.000.

Di lain sisi, tingkat pengangguran di AS pada Desember 2022 terpantau turun menjadi 3,5%, dari sebelumnya sebesar 3,6% pada November 2022.

Selain data tenaga kerja, data non-manufaktur AS dari survei purchasing manager's index (PMI) ISM menunjukkan bahwa sektor tersebut di AS juga menurun menjadi 49,6 pada Desember 2022, dari sebelumnya di angka 56,5 pada November 2022.

Alhasil, sektor non-manufaktur masuk ke zona kontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Dengan masih kuatnya data tenaga kerja di AS dan melandainya kembali sektor non-manufaktur di AS, maka bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih akan bersikap hawkish.

Analis dan ekonom memperkirakan The Fed dan bank sentral lainnya ingin melihat penurunan inflasi yang berkelanjutan sebelum mempertimbangkan untuk menghentikan upaya pengetatan kebijakan moneter.

Selain makanan dan energi, harga barang dan jasa yang bergejolak dan tumbuh terlalu cepat tampaknya masih membuat The Fed dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) kurang nyaman.

Saat ini, investor sedang menunggu data inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) di AS, yang akan diterbitkan Kamis pekan ini.

Angka-angka tersebut akan menjadi salah satu sentimen utama dalam pertemuan The Fed akhir bulan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

IHSG Ambles, Saham Big Cap 'Jumbo' Ambrol, Kecuali BYAN


(chd/chd)

Adblock test (Why?)


Duh, Saham 4 Bank Raksasa Ini Ambles Terus! Layak Serok? - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Siapa Diuntungkan Turunnya BI Rate? - Kompas.com

[unable to retrieve full-text content] Siapa Diuntungkan Turunnya BI Rate?    Kompas.com Saham BBRI Terbang Sampai 30%, Ini Bocoran Inves...