Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat penguatan cukup tajam di akhir perdagangan hari ini, Rabu (5/10/2022). Rupiah berada pada level Rp 15.190/US$ menguat 0,36% di pasar spot.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan, penguatan rupiah baru terjadi hari ini, sejak terakhir Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil rapat dewan gubernur dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25% pada 22 September 2022.
Faiz menyebut, secara fundamental memang rupiah jauh lebih baik dibanding mata uang negara lain. Arah penguatan ke depan tergantung bagaimana respon kebijakan moneter.
"Jika BI kembali menaikkan suku bunga hingga 5,25% akhir tahun, rupiah dapat menguat ke arah Rp 14.820/US$ hingga akhir tahun ini. Sementara itu, kita lihat hari ini indeks dollar melemah, jadi itu menjadi faktor yang membantu rupiah menguat," jelas Faiz kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/10/2022).
Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan, menguatnya rupiah hari ini karena adanya ketiadaan event major di Amerika Serikat yang memicu technical rebound mata uang non dollar. Apalagi data inflasi terbaru Indonesia ternyata tidak setinggi yang diperkirakan.
"Inflasi September 2022 ternyata masih berada di bawah 6% (year on year), sehingga mendorong investor global untuk masuk kembali ke pasar keuangan domestik," jelas Myrdal kepada CNBC Indonesia.
Kendati demikian, hingga akhir Desember 2022, rupiah juga menurut Myrdal berpotensi menguat ke level Rp 14.600/US$, didorong adanya surplus neraca dagang yang konsisten, inflow di pasar keuangan setelah sentimen kenaikan bunga global dan resesi sudah price in, dan foreign direct investment.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Ekonom BCA David Sumual. Dia mengungkapkan rupiah yang menguat disebabkan faktor eksternal yang lebih kuat pengaruhnya. Namun, tak seperti dua ekonom sebelumnya, David memperkirakan rupiah sangat kecil untuk kembali ke kurs Rp 14.000/US$.
"Terutama setelah The Fed memastikan ketika ada konferensi di Jackson Hole bahwa Fed akan masih terus menaikkan suku bunga. Kemungkinan kecil untuk balik ke kurs Rp 14.000-an," jelas David.
Indeks dolar AS jeblok hingga 1,5% ke 110.06 pada perdagangan Selasa kemarin. Dalam 5 hari perdagangan merosot sebanyak 4 kali dengan total 3,5%.
Jebloknya indeks dolar AS mengikuti pergerakan yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat. Banyak analis melihat Penurunan keduanya terkait ekspektasi atau pandangan suku bunga The Fed (bank sentral AS).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Gak Cuma Dolar AS, Rupiah Juga Libas Mata Uang di Benua Biru!
(hsy/hsy)
Rupiah Menguat, Ramalan ke Depan Bikin Kaget - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment