Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan ini cenderung beragam, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau cerah, tetapi rupiah terpantau melemah.
Dalam sepekan, IHSG menguat 0,47% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (18/3/2022) lalu, IHSG melemah 0,14% atau 9,42 poin menjadi 6.954,965.
Reli mingguan itu melanjutkan penguatan yang dicetak sepekan sebelumnya sebesar 0,58% atau 40,16 poin. Sayangnya, penguatan sepanjang pekan ini tidak cukup kuat untuk membawa IHSG berakhir di level psikologis baru yang ditunggu-tunggu, yakni 7.000.
Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan total nilai perdagangan sepekan mencapai Rp 82,7 triliun, yang berasal dari transaksi 117,6 miliar saham sebanyak 6,8 jutaan kali. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 6,66 triliun di pasar reguler.
Namun, rupiah pada pekan ini terhitung melemah, yakni sebesar 0,74% (105 poin) atau berbalik dari sepekan sebelumnya yang masih menguat 0,45%, ke Rp 14.235/dolar AS.
Rupiah melemah di dua dari 5 hari perdagangan sepekan ini, yakni Senin (sebesar 0,67%) dan Jumat (0,28%).
Pada pekan ini, pasar memfokuskan perhatiannya ke bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), sedangkan di dalam negeri, pasar juga memperhatikan Bank Indonesia (BI).
Keduanya pada pekan ini mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Dari AS, The Fed resmi menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, selaras dengan harapan pasar.
The Fed juga memperkirakan rencana agresif untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut sembari memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.
Sedangkan dari dalam negeri, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
Setelah pada pekan ini investor memantau kebijakan suku bunga The Fed dan BI, pada pekan depan, investor akan memantau kebijakan suku bunga bank sentral China (People Bank of China/PBoC) yang akan diumumkan pada Senin besok.
PBoC diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuannya, di mana untuk tenor 1 tahun diperkirakan tetap di level 3,7% dan tenor 5 tahun tetap di 4,6%.
Selain itu, data inflasi Inggris periode Februari juga akan dirilis pada pekan depan, tepatnya pada Rabu pukul 14:00 WIB. Pasar memperkirakan inflasi Inggris akan kembali melonjak seiring melesatnya harga komoditas energi pada akhir bulan lalu.
Pada pekan depan, data flash reading aktivitas manufaktur yang tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Maret juga akan dirilis. Adapun negara-negara yang akan merilis data flash reading PMI manufaktur yakni Australia, Jepang, Uni Eropa, Inggris, dan AS.
Investor juga masih akan memantau perkembangan terbaru dari seputaran konflik antara Rusia dengan Ukraina pada pekan depan, di mana konflik keduanya masih memanas meski perundingan damai sudah dilakukan berulang kali.
Selain itu, investor juga akan kembali memantau pergerakan harga beberapa komoditas energi, seperti minyak mentah, gas alam, dan batu bara seiring masih belum meredanya ketegangan Rusia-Ukraina, meski pada pekan ini harga komoditas berjatuhan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
Sentimen-Sentimen Pasar Pekan Depan Ini Bikin Deg-Degan! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment