GoTo bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia. Saat ini, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk sedang memulai rangkaian penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Perusahaan gabungan dari Gojek dan Tokopedia itu bakal menyusul Bukalapak untuk menjadi startup lokal yang melantai di bursa. Agustus 2021 silam, Bukalapak lebih dulu melakukan IPO.
Nampaknya, fenomena tren startup melantai di bursa mulai menjamur di Indonesia. Selain GoTo dan Tokopedia, startup asal Singapura, Grab, yang juga memiliki operasi besar di Indonesia pun ikut melangkahkan kaki untuk melantai di bursa.
Namun nasib Grab sedikit berbeda, mereka melakukan IPO dan menyerap modal di Wall Street alias bursa efek di Amerika Serikat.
Meski begitu, kisah IPO startup lokal di bursa efek cukup tragis. Berkaca dari Bukalapak sebagai perusahaan startup pertama yang melantai di bursa efek kini sahamnya justru anjlok sangat dalam dari nilainya saat IPO.
Di 2021, Bukalapak yang memiliki kode saham BUKA melakukan IPO dengan melepas 25,76 miliar saham atau sebanyak 25%. Harga saham yang ditawarkan dalam IPO yakni sebesar Rp 750 hingga Rp 850 per saham. Dari aksi korporasi tersebut, Bukalapak menargetkan meraup dana Rp 21,9 triliun.
Namun kini, saham Bukalapak bertengger di level Rp 268 per lembar saham. Sudah turun 582 poin dari harga IPO atau mencapai 68,4%.
Lalu bagaimana dengan GoTo, apakah nasibnya akan berujung sama dengan Bukalapak?
Dalam catatan detikcom, menurut prospektus perusahaan, GoTo sendiri berencana untuk menawarkan sebanyak-banyaknya 52 miliar saham seri A. Jumlah ini hanya mewakili sekitar 4,35% modal yang disetor penuh ke perusahaan.
Saham GoTo ditawarkan dengan harga Rp 316 hingga Rp 346 per saham. Adapun target dana yang diraih dari IPO ini sebesar-besarnya adalah sekitar Rp 17,99 triliun.
Bila dibandingkan target IPO GoTo memang lebih kecil dibandingkan dengan BUkalapak. Baik secara jumlah nominalnya, maupun jumlah persentase saham yang dilepas.
Kemudian, bila melihat kinerja perusahaan. Entitas gabungan Gojek dan Tokopedia itu masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 11,58 triliun per September 2021.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, nilai kerugian dengan kode saham GoTo itu meningkat dari awalnya hanya senilai Rp 10,43 triliun.
Dalam prospektus awal itu disebutkan GoTo memiliki total aset Rp 158,17 triliun per akhir September 2021. Sementara pendapatannya mencapai Rp 3,40 triliun, naik dari periode yang sama pada 2020 sebesar Rp 2,34 triliun.
Lalu apakah GoTo akan bernasib sama dengan Bukalapak? Lanjut di halaman berikutnya.
Simak Video "Serba-serbi IPO GoTo yang Perlu Diketahui"
[Gambas:Video 20detik]
Menerawang Nasib Saham GoTo, Kisah Bukalapak Bakal Terulang? - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment