Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mendorong adanya sentimen positif terhadap penguatan harga komoditas batu bara. Ini disebabkan karena negara-negara Eropa dan Asia timur mengkhawatirkan akan kelangsungan energi mereka yang kebanyakan sangat tergantung pasokan gas Rusia.
Menurut data Refinitiv, pada Rabu kemarin (3/2/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup melambung tinggi 46,01% ke level US$ 446/ton. Ini menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, mengatakan, kekhawatiran pasar Asia timur juga menjadikan sentimen pasar ekspor batu bara Rusia terdorong naik.
"Ini diiluar dugaan. Dan bahkan harga minyak juga luar biasa recordnya. Jadi kita tidak tahu sejauh mana eskalasinya, tapi kita berharap ini cepat berlalu," ujar Hendra dalam Closing Bell, CNBC Indonesia, Selasa (01/03/2022).
Selain itu, Hendra mengungkapkan beberapa negara di eropa barat juga sudah mulai panik untuk mencari sumber-sumber alternatif energi. Italia atau Jerman misalnya, mereka sudah mulai menghidupkan kembali PLTU batu bara mereka yang sudah cukup lama di pensiunkan. Hal inilah yang membuat adanya indikasi permintaan batu bara di Eropa barat dan Eropa timur akan meningkat.
Terkait level harga, Hendra mengaku tidak dapat memprediksi hal tersebut. Sejauh ini, hal tersebut dikatakannya belum menjadi hambatan Ekspor Rusia ke negara Asia timur.
"Itu juga yang tentu permintaan beberapa negara Eropa juga akan berikan peluang negara lain termasuk Indonesia untuk bisa isi beberapa pasar negara Eropa yang sedang cari alternatif pasokan," jelasnya.
Diketahui, Rusia memang sudah menjadi pasar batu bara terbesar untuk Eropa, karena secara geografis lebih dekat. Ekspor Rusia ke negara Uni Eropa juga tercatat mencapai hampir 70 juta ton.
"Ini mungkin kalau orang lihat ada peluang, tapi kita dari sisi geografis agak sulit untuk kompetitif dengan beberapa negara, khususnya Kolombia karena lewat jalur atlantik dan Afrika Selatan," tuturnya.
"Tentu ada peluang, kami juga sudah dapat request dari beberapa perwakilan buyer negara sedang menjajaki kita, cuma spesifikasi batu bara mereka dari kalori tinggi, kemudian juga Fried's Competitiveness ini juga yang jadi kendala," tambahnya.
Dari sisi Indonesia sendiri, Hendra mengungkapkan sejauh ini tidak begitu terpengaruh dengan situasi yang berkembang saat ini, karena 98% ekspor Indonesia ke Negara-negara Asia pasifik.
"Namun jika ada gangguan dari hambatan produksi batu bara di Rusia, nah ini yang akan menimbulkan peluang lebih real bagi Indonesia karena tentu saja pasar Asia timur adalah pasar yang memang pasar tradisional kita, China, Taiwan, Korea, dan Jepang," pungkas Hendra.
Harga US$ 446/ton, Durian Runtuh untuk Produsen Batu Bara RI - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment