Rechercher dans ce blog

Saturday, March 5, 2022

Biar Gak Amsyong! Saham-saham Ini "To The Moon" saat Perang - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham berbasis komoditas energi dan logam menjadi idola investor seiring melonjaknya harga komoditas tersebut di tengah memanasnya perang Rusia-Ukraina.


Adapun, komoditas energi yang dimaksud, yakni batu bara, minyak sawit (CPO), nikel, hingga minyak & gas (migas).

Tim Riset CNBC Indonesia merangkum kinerja saham-saham energi dan logam nikel yang melonjak akhir-akhir ini di tengah kecamuk perang, mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), per Jumat (4/3/2022).

Batu Bara

Saham batu bara memiliki kinerja paling moncer di antara saham komoditas lainnya. Ini lantaran lonjakan harga batu bara yang 'gila-gilaan' selama sejak awal tahun-bahkan selama setahun belakangan.

Tabel 1. Kinerja Saham Batu Bara

No

Saham

% Per Jumat (4/3)

% YtD

1

ADMR

10.34

1660

2

SMMT

4.07

216.83

3

INDY

8.89

90.29

4

DOID

3.81

65.15

5

BYAN

7.12

54.54

6

ITMG

3.91

43.26

7

ADRO

16.48

35.11

8

ABMM

3.54

33.8

9

PTBA

8.92

30.63

10

UNTR

6.07

22.23

11

HRUM

8.62

22.03

12

BOSS

12.86

11.27

13

MBAP

2.04

11.11

14

BUMI

11.54

-13.43

15

FIRE

4.44

-17.9

Sumber: BEI | Per Jumat (6/3)

Menilik data Tabel 1 di atas, harga saham batu bara memiliki rerata kenaikan dua digit, dengan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) memiliki lonjakan paling tinggi, 1.660%.

Selain soal sentimen batu bara, saham ADMR memang sudah meroket sejak awal melantai (IPO) di bursa pada 3 Januari 2022.

Kenaikan harga saham batu bara memang bukannya tanpa alasan. Ini karena harga batu bara yang tinggi pada gilirannya diharapkan mampu mendongkrak kinerja keuangan perusahaan.

Beberapa emiten yang sudah mengeluarkan laporan keuangan sepanjang 2021 menunjukkan dampak signifikan dari kenaikan batu bara.

Induk ADMR, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), misalnya, membukukan kenaikan laba bersih 547% secara tahunan menjadi US$1,02 miliar per akhir 2021.

Lonjakan laba ini ditopang kenaikan pendapatan usaha pertambangan dan perdagangan batu bara sebesar 62% YoY menjadi US$3,83 miliar, dan pendapatan lain perusahaan sebesar US$65 juta atau naik 35% YoY.

Pekan ini, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) membukukan kenaikan 61,85% secara point-to-point. Ini adalah rekor tertinggi kenaikan mingguan setidaknya sejak 2008.

Pada Jumat (4/3), harga batu bara berada ditutup di US$ 407,05/troy ons. Melonjak 13,56% dibandingkan sehari sebelumnya.

Lonjakan harga batu bara sebelumnya terjadi seiring harga gas alam yang juga melejit. Kemarin, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat/AS) ditutup di US$ 5,02/MMBtu. Melonjak 6,23% dari hari sebelumnya.

Dalam seminggu terakhir, harga gas naik 9,93%. Selama sebulan ke belakang, harga menanjak 17,06%.

Perang Rusia vs Ukraina menjadi latar belakang penyebab kenaikan harga gas. Di Eropa, Rusia adalah pemain utama gas alam. Rusia memasok sekitar 40% kebutuhan gas alam di Benua Biru.

Namun kini negara-negara Eropa berencana ogah mendatangkan gas alam dari Rusia karena serangan ke Ukraina.

Saat harga gas naik, maka harus dicari komoditas lain yang bisa menjadi pengganti. Salah satu alternatif gas untuk sumber energi primer pembangkit listrik adalah batu bara.

Minyak Sawit (CPO)

Saham-saham produsen minyak sawit mentah (CPO) juga ikut 'kebanjiran cuan' dari kenaikan harga komoditasnya. (Tabel 2).

Saham GZCO, misalnya, meroket 113,04% sejak awal tahun (ytd). Contoh lainnya, saham CSRA dan duo emiten milik taipan TP Rachmat, TAPG dan DSNG, yang masing-masing melesat 55%, 50%, dan 49% secara ytd.

Tabel 2. Kinerja Saham CPO/Sawit

No

Saham

% Per Jumat (4/3)

% YtD

1

GZCO

-6.96

113.04

2

CSRA

-2.52

55

3

TAPG

11.59

50

4

DSNG

0.68

49.00

5

AALI

2.64

32.89

6

LSIP

1.32

29.54

7

SSMS

2.17

21.76

8

BWPT

-2.2

20.27

9

SIMP

1.89

18.42

10

UNSP

4.2

13.76

11

SGRO

0.9

11.78

12

TBLA

2.4

7.55

13

SMAR

1.1

5.05

14

PALM

-6.86

-6.32

15

JAWA

-1.89

-22.96

Harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia berada di level MYR 6.276/ton pada Jumat (4/3). Sebelumnya harga CPO mencapai level tertinggi masa (MYR 6.808/ton) sejak 1980.

Melansir Reuters, harga minyak sawit mencapai rekor baru kemarin karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti pengiriman minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak lobak yang telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina.

Tingginya harga CPO merupakan harga tertinggi di antara empat minyak nabati utama dan akan berdampak pada konsumen, mengingat minyak sawit digunakan dalam banyak produk kemasan.

Halaman 2>>

Adblock test (Why?)


Biar Gak Amsyong! Saham-saham Ini "To The Moon" saat Perang - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Carlo Ancelotti: Sabar Dulu ya, Endrick - detikSport

[unable to retrieve full-text content] Carlo Ancelotti: Sabar Dulu ya, Endrick    detikSport Akui Bersikap Tak Adil, Ancelotti Minta Endr...