Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pekan lalu. Indeks menguat 0,71% di level 6.731,39 dan mendekati level tertinggi IHSG sepanjang sejarah di angka 6.754.
Bersamaan dengan IHSG yang tembus level penutupan tertinggi, asing juga getol berbelanja saham-saham domestik. Hal tersebut tampak dari net buy asing di pasar reguler sebesar Rp 868,64 miliar.
Pergerakan IHSG juga sejalan dengan mayoritas bursa saham Asia yang ditutup di zona hijau minggu lalu. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan dengan apresiasi lebih dari 3%.
Mengawali perdagangan pekan ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang berpeluang menggerakkan pasar.
Pertama tentu perkembangan bursa New York. Akhir pekan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite menguat 0,52% dan 1,58%.
Apresiasi bursa saham AS diharapkan menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko seperti saham domestik.
Namun yang perlu diwaspadai adalah kinerja indeks yang sudah dekat ATH membuka ruang untuk adanya aksi profit taking.
Dari dalam negeri, juga akan ada rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021. Pemerintah optimis ekonomi dapat tumbuh 5,2% year on year (yoy).
Sementara itu Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4,7-5,5% yoy dengan titik tengah di 5,1%.
Sedangkan konsensus pasar memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir 2021 dapat tumbuh 5%.
Ekspansi perekonomian di kuartal ke-IV tahun lalu seharusnya sudah diantisipasi oleh pasar sehingga kemungkinannya untuk mengerek kinerja aset keuangan cenderung terbatas.
Analisis Teknikal
Foto: Putra
Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG pekan lalu dan indikator BB, tampak bahwa indeks cenderung bergerak uptrend sejak pekan terakhir Januari 2022.
Meskipun uptrend, IHSG masih berada di zona konsolidasinya di level 6.565-6.730.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik yang menunjukkan penguatan momentum beli. Namun RSI masih berada di level 58,67. Belum menunjukkan adanya indikasi jenuh beli.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dan bar histogram bergerak naik ke zona positif.
Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG menguat. Namun secara psikologis dan historis setelah mencapai level tertinggi, ada kencenderungan IHSG untuk berbalik arah sementara.
Untuk perdagangan hari ini, IHSG akan menguji level support di 6.653 dan resisten terdekat di 6.742.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp)
Siap-siap... IHSG Berpotensi Kembali Menjauhi Level Tertinggi - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment