Rechercher dans ce blog

Tuesday, January 25, 2022

Sentimen Negatif Menyelimuti, Mampukah IHSG Bertahan? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tumbang pada perdagangan hari kedua dalam minggu ini. Sedangkan rupiah terkulai lemas di hadapan dolar dan mata uang Asia lainnya.

IHSG ditutup melemah signifikan dengan koreksi 1,31% di level 6.586,17 pada perdagangan Selasa (25/1/2022). IHSG sempat terkoreksi parah ke posisi paling rendahnya yakni koreksi 1,97% di level 6.523,92.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 13,27 triliun. Asing pun masuk ke bursa saham domestik dengan net buy di pasar reguler mencapai Rp 36,6 miliar.


Pergerakan IHSG mengekor indeks saham kawasan Asia yang juga terbenam di zona merah dengan Nikkei Jepang yang ambles menyusul Dow Futures yang terpantau longsor 0,86%.

Performa rupiah di hadapan mata uang AS dan negara-negara Asia pada perdagangan hari kemarin cenderung melemah.

Rupiah melemah 10,5 poin (0,07%) di hadapan dolar AS ke Rp 14.350,5/US$.

Sedangkan di hadapan mata uang negara-negara Asia rupiah melemah 2,30 poin (-0,10%) di hadapan yuan China ke Rp 2.267,78/CNY. Di hadapan yen Jepang, mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,19 poin (-0,15%) ke Rp 126,03/JPY.

Rupiah juga merah di hadapan dolar Singapura, minus 22,48 poin (-0,21%) ke Rp 10.675,48/SGD.

Pelemahan IHSG dan rupiah karena investor menanti pengumuman kebijakan The Fed Kamis dini hari waktu Indonesia.

Terkait perkembangan Covid-19, angka kasus positif harian Covid-19 bertambah 4.878 kasus terkonfirmasi kemarin. Ini merupakan tambahan kasus tertinggi sejak September 2021.

Investor mulai was-was pemerintah akan kembali menarik rem darurat saat kasus Covid-19 semakin melesat dan menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan kemarin.

SBN bertenor satu tahun, 10 tahun, 20 tahun, dan 25 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai oleh menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield).

Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo tiga tahun, lima tahun, 15 tahun, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor. Hal ini ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan yield.

Adblock test (Why?)


Sentimen Negatif Menyelimuti, Mampukah IHSG Bertahan? - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Kabar Tak Sedap Iringi Proses Naturalisasi Mauresmo Hinoke di Timnas Indonesia - Tribunnews.com

[unable to retrieve full-text content] Kabar Tak Sedap Iringi Proses Naturalisasi Mauresmo Hinoke di Timnas Indonesia    Tribunnews.com i...