Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (25/1/2022), seiring dengan kenaikan kembali imbal hasil (yield) obligasi acuan pemerintah AS tenor 10 tahun ke 1,74%.
Indeks Dow Jones Industrial Average drop 330 poin (-1,1%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 30 menit menjadi minus 659,21 poin (-1,92%) ke 33.705,29. S&P 500 drop 103,31 poin (-2,34%) ke 4.306,82 dan Nasdaq ambruk 363,23 poin (-2,62%) ke 13.491,9.
Saham General Electric menjadi pemimpin koreksi dengan anjlok sebesar 6,4% setelah perseroan gagal memenuhi ekspektasi pasar terkait pendapatan per kuartal IV-2021. Saham Nvidia menyusul dengan drop 4,8%, Meta Platforms (induk usaha Facebook) drop 2,8% dan Apple terbenam 2,4%.
Sebaliknya, saham American Express dan Lockheed Martin menjadi pemimpin reli dengan menguat masing-masing sebesar 3,1% dan 1,5%.
Kemarin, di pasar regular, indeks Dow Jones berakhir naik 99 poin (+0,3%) yang membalikkan penurunan selama 6 hari beruntun, setelah indeks berisi 30 saham unggulan tersebut sempat anjlok hingga 3,25%.
Indeks S&P 500 naik 0,28% untuk pertama kali setelah 5 hari terkoreksi, setelah sempat anjlok hampir 4% di perdagangan.Indeks Nasdaq naik 0,6%, setelah sempat anjlok 4,9% di perdagangan. Indeks saham teknologi tersebut mampu bangkit dari koreksi 4% yang merupakan fenomena pertama sejak 2008.
Walaupun performa bursa Wall Street membaik kemarin, indeks S&P 500 terhitung masih anjlok 7,5% pada Januari dan menjadi yang terburuk sejak Maret 2020.
Pasar cemas akan kombinasi beberapa faktor, terutama The Fed yang akan mulai menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi dan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, masih ada kecemasan akan Omicron, walaupun trennya melandai.
"Risiko tekanan dari pengetatan moneter lebih tinggi dibandingkan dengan di masa lalu, Tekanan itu sejauh ini terlokalisasi di saham dengan valuasi tinggi, tetapi tanda-tanda pengalihan risiko masih muncul," tutur analis Barclays Maneesh Deshpande dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan memulai rapat pada Selasa (25/1/2022) dan rilis kebijakan suku bunga acuan dijadwalkan pada Rabu (26/1/2022) jam 2 siang waktu setempat.
The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga acuannya bulan ini, tapi akan meneruskan pengetatan kebijakan moneter tahun ini untuk mengendalikan inflasi yang tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags/ags)
Saham Teknologi Dilego, Wall Street Kembali Dibuka Merah - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment